Kamis, Mei 16


Jakarta

Tesla berdamai dengan keluarga Insinyur Apple yang tewas gegara salah kaprah penggunaan Autopilot, Walter Huang. Produsen mobil milik Elon Musk ini mencapai kesepakatan dengan keluarga almarhum Walter Huang.

Disitat dari CNN, tidak disebutkan apa saja poin-poin penyelesaian tersebut. Dalam dokumen pengadilan disebutkan, kesepakatan antara kedua pihak terjadi sehari sebelum persidangan akan dimulai. Perwakilan dari keluarga Huang dan Tesla belum menanggapi permintaan komentar.

Kronologi awalnya, Insinyur Apple itu sedang mengemudi ke tempat kerja pada Maret 2018 dengan Autopilot yang diaktifkan pada Tesla Model X miliknya. Tapi mobilnya berbelok keluar dari jalan raya dan menabrak pembatas di Mountain View, California. Dia meninggal di tempat kejadian. Huang diketahui melaju dengan kecepatan sekitar 71 mph atau setara dengan 114 km/jam pada detik-detik sebelum kecelakaan.


Dalam laporan The National Transportation Safety Board (Dewan Keselamatan Transportasi Nasional), Huang tewas lantaran dia berkendara sambil main game, yang berarti dia tidak memperhatikan jalan.

Pengemudi yang menggunakan fitur Autopilot, sejatinya harus selalu siaga untuk mengamankan laju kendaraan. Autopilot memang menawarkan program asisten pengemudi, namun secara kontinu pengemudi wajib tetap melakukan pengawasan.

Keluarga Huang mengatakan bahwa Tesla terlalu melebih-lebihkan kemampuan teknologi Autopilot, dan bahwa teknologi ini tidak seaman yang diiklankan.

Lebih lanjut dalam laporan CNN, Tesla telah berada di bawah pengawasan ketat atas teknologi Autopilot-nya selama enam tahun sejak kecelakaan fatal Huang. Setelah penyelidikan selama dua tahun yang menganalisis 1.000 kecelakaan Tesla saat kendaraan menggunakan Autopilot, Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) menyebut sistem Autopilot dapat memberikan rasa aman yang palsu kepada pengemudi. Sistem ini dapat dengan mudah disalahgunakan dalam situasi berbahaya tertentu ketika Autopilot mungkin tidak dapat menavigasi jalan dengan aman, demikian temuan NHTSA pada Desember 2023.

NHTSA dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional juga telah menyelidiki kecelakaan yang melibatkan kendaraan Tesla yang menggunakan berbagai fitur bantuan pengemudi.

Segera setelah laporan NHTSA pada bulan Desember, Tesla menarik semua 2 juta mobilnya di Amerika Serikat, memberikan lebih banyak peringatan kepada pengemudi ketika Autopilot diaktifkan dan mereka tidak memperhatikan jalan atau meletakkan tangan di atas kemudi.

Namun perusahaan menyatakan bahwa teknologi ini aman digunakan jika digunakan dengan benar dan mengurangi korban jiwa.

Autopilot mengharuskan pengemudi untuk tetap memegang kemudi dan Tesla mengatakan bahwa orang yang menggunakan teknologi mengemudi otomatis harus tetap memperhatikan jalan.

Hal itu tidak terjadi dalam kasus kecelakaan Huang, kata Tesla. Tesla mengatakan bahwa tangan Huang tidak terdeteksi di setir mobilnya selama enam detik sebelum kecelakaan terjadi.

Tesla mengatakan pihaknya yakin Huang bertanggung jawab atas kecelakaan itu karena para penyelidik menemukan bahwa dia sedang bermain game saat Autopilot diaktifkan. Huang tidak mengerem atau berusaha mengarahkan mobilnya menjauh dari pembatas beton sebelum menabrak.

Keluarga Huang berpendapat bahwa Tesla bersalah karena memasarkan Autopilot sebagai perangkat lunak swakemudi. Mereka menuduh Tesla tahu bahwa Autopilot belum siap untuk digunakan secara luas dan memiliki kekurangan yang dapat membuat penggunaannya tidak aman.

“Nyonya Huang kehilangan suaminya, dan dua anak kehilangan ayah mereka karena Tesla melakukan uji coba perangkat lunak Autopilot pada pengemudi langsung,” kata B. Mark Fong, pengacara yang mengajukan gugatan yang diajukan ke pengadilan negara bagian California pada bulan Mei 2019.

Simak Video “Sistem Autopilot Takut Disalahgunakan, Tesla Tarik 2 Juta Kendaraan di AS
[Gambas:Video 20detik]
(riar/lua)

Membagikan
Exit mobile version