Kamis, Oktober 3

Jakarta

Sebuah studi mempelajari kapan dimulainya era Antroposen, yaitu masa ketika dampak manusia terhadap sistem Bumi menyebabkannya menyimpang dari perilaku alaminya.

Aktivitas manusia telah mencapai titik yang membuat dampaknya terhadap sistem planet dapat diamati, dan hal itu mendorong perubahan signifikan dalam fungsi alaminya yang akan berlangsung selama ribuan tahun mendatang.

Akan tetapi, menentukan kapan tepatnya era baru ini dimulai merupakan tantangan tersendiri, mengingat dampak manusia berbeda-beda di setiap waktu dan tempat. Misalnya, sekitar 12 ribu tahun yang lalu, manusia mengembangkan pertanian dan mulai menggunakan sekitar 75% dari total lahan yang tersedia bagi mereka.


Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa transformasi awal Bumi yang disebabkan oleh manusia juga terjadi pada tanggal-tanggal lain, seperti 8.000 ribu tahun yang lalu dengan munculnya masyarakat agraris, atau antara 6.500 hingga 5.000 tahun yang lalu yang salah satunya ditandai oleh pengembangan penanaman padi irigasi.

Semua peristiwa ini membawa perubahan signifikan pada lingkungan dan mengubah iklim Bumi dengan peningkatan karbon dioksida dan metana di atmosfer. Namun, peristiwa-peristiwa ini terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda, dan kemudian menyebar secara geografis pada tingkat yang berbeda. Itulah sebabnya, para ilmuwan berjuang untuk menentukan momen ketika zaman yang didominasi manusia ini dimulai.

Ini adalah salah satu alasan mengapa Anthropocene Working Group (AWG) menolak usulan untuk secara resmi mengakui masa kita saat ini sebagai Antroposen. Kurangnya penanda stratigrafi spesifik, yang terkait dengan lapisan batuan yang menunjukkan kapan aktivitas manusia mulai mengubah planet ini secara mendalam, kini menjadi masalah yang tersisa bagi Antroposen.

Untuk mengatasi hal ini, Michinobu Kuwae dari Center for Marine Environmental Studies, Ehime University, dan rekannya mengumpulkan catatan dampak antropogenik di 137 lokasi di seluruh dunia dari 7.700 tahun terakhir.

Melalui penilaian mereka, muncul tiga titik waktu yang mungkin. Titik-titik tersebut meliputi periode antara tahun 1855-1890, yang mengalami perubahan signifikan terkait dengan Revolusi Industri seperti peningkatan konsentrasi timbal, rasio isotop stabil, dan gangguan pada keseimbangan nutrisi danau.

Titik kandidat kedua muncul pada tahun-tahun antara 1909-1944. Selama waktu ini, terjadi perubahan signifikan dalam komposisi serbuk sari, peningkatan konsentrasi karbon hitam (suatu bentuk karbon murni yang merupakan penyumbang utama perubahan iklim), dan perubahan isotop stabil yang meluas.

Terakhir, periode antara tahun 1948-1953. Pada periode ini, Bumi mengalami peningkatan besar dalam tingkat dampak manusia, termasuk masuknya polutan organik dan munculnya mikroplastik. Ini juga merupakan waktu ketika dampak era nuklir muncul dalam catatan geologi, dengan masuknya plutonium dan karbon-14 modern dari ledakan nuklir.

Dari ketiga kandidat ini, Kuwae dan rekannya meyakini periode terakhir mewakili peningkatan paling jelas dalam dampak manusia di seluruh dunia.

“Studi ini telah mengidentifikasi titik peningkatan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam jejak antropogenik di lapisan geologi, yang dimulai pada tahun 1952 Masehi, terjadi secara serentak di Eropa, Amerika Utara, Asia Timur, Oseania, Antartika, Arktik, dan wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dampak manusia terhadap lingkungan menyebar dalam skala global saat ini,” kata Kuwae seperti dikutip dari IFLScience, Senin (30/9/2024).

“Kesimpulan kami bahwa dimulainya zaman Antroposen adalah sekitar tahun 1952, adalah temuan yang sangat penting yang harus dianut oleh seluruh masyarakat manusia, karena temuan ini mengubah cara pandang kita terhadap waktu manusia dalam konteks sejarah Bumi,” sambungnya.

Menetapkan batas geologis berdasarkan ledakan sidik jari global, kata Kuwae, mungkin merupakan satu-satunya pendekatan yang dapat memecahkan masalah dampak manusia sebelumnya terhadap sistem Bumi pada awal zaman Holosen dan sifat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh manusia yang melampaui waktu.

Implikasi dari hasil studi ini sangat mendalam karena membantu kita memahami betapa seriusnya situasi kita saat ini.

“Menurut saya, belum pernah ada saat yang lebih penting untuk mengubah cara pandang masyarakat umum terhadap hubungan antara manusia dan planet ini. Saya yakin bahwa konsep Antroposen sangat penting untuk mengubah pandangan ini,” tegas Kuwae.

Ia menyebutkan, jika manusia yang hidup saat ini adalah generasi terakhir yang dapat meninggalkan lingkungan global yang lebih aman bagi generasi mendatang, maka dapat dikatakan bahwa generasi zaman ini memiliki tanggung jawab untuk menghindari perubahan yang tidak dapat diubah pada Bumi yang belum terjadi.

“Untuk mengenali hal ini, kita memerlukan pemahaman yang jelas bahwa kita berada di Antroposen. Dalam konteks ini, kita memerlukan bukti ilmiah untuk menunjukkan bahwa hal itu telah dimulai. Bukti stratigrafi yang jelas yang disajikan dalam penelitian ini bahwa Antroposen informal dimulai pada tahun 1952 akan membantu meningkatkan kesadaran publik tersebut,” tutupnya.

(rns/fay)

Membagikan
Exit mobile version