Sabtu, Oktober 5

Jakarta

Gagasan bahwa alam semesta terus berkembang diutarakan oleh Edwin Hubble pada akhir 1920-an dan telah mendapatkan dukungan pengamatan empiris. Kemudian, muncul teori tired light yang disebut beberapa ilmuwan membantah teori big bang.

Dua skenario itu berlandaskan fakta bahwa semakin jauh sebuah galaksi maka dia akan tampak lebih merah dari mereka yang lebih dekat dengan Bumi. Fenomena ini dikenal dengan redshift.

Redshift terjadi karena panjang gelombang cahaya meningkat saat objek menjauh satu sama lain, sehingga menggesernya ke ujung merah spektrum.


Karena semua galaksi mengalami redshift, maka dapat disimpulkan bahwa semuanya bergerak menjauh dari Bumi. Hubble-lah yang mengamati bahwa redshift benda angkasa selalu proporsional dengan jaraknya dari Bumi. Itu berarti, semakin jauh galaksi, semakin cepat pula percepatannya.

Penemuan Hubble ini mendukung alam semesta yang mengembang, dan mengilhami fisikawan Belgia Georges Lemaître untuk mengusulkan gagasan Big Bang pada tahun 1931. Menurut perkiraan saat ini, ledakan kosmogonik ini terjadi sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu dan menyebut alam semesta tiada hentinya berkembang.

Melansir IFLScience, di sisi lain, ada yang namanya teori tired light. Cahaya merah yang dipancarkan oleh galaksi-galaksi yang jauh juga menarik perhatian ilmuwan lain yakni Fritz Zwicky. Dia mengajukan penjelasan alternatif untuk misteri merah ini.

Menurut Zwicky, redshift yang terlihat dari Bumi terjadi karena foton kehilangan energi saat mereka menempuh jarak yang sangat jauh. Akhirnya, frekuensinya menurun dan memperoleh warna kemerahan.

Teori tired light menyatakan bahwa objek yang lebih jauh tampak lebih merah karena cahaya yang mereka pancarkan telah menempuh jarak yang lebih jauh dan karena itu kehilangan lebih banyak tenaga.

Oleh karena itu, hipotesis tersebut membantah gagasan bahwa galaksi yang lebih jauh bergerak lebih cepat daripada galaksi yang dekat. Hipotesis ini digunakan untuk mendukung alam semesta yang statis daripada yang mengembang.

Jadi, mana yang menang? Sejauh ini, teori big bang masih lebih unggul. Pertama, tidak ada pengamatan empiris yang pernah menunjukkan foton kehilangan energi saat bergerak melalui ruang angkasa. Lalu, ada komentar Albert Einstein soal tired light pada 1931.

“Tidak ada orang yang bisa mendapatkan gambaran tentang bagaimana ini terjadi,” kata Einstein.

(ask/ask)

Membagikan
Exit mobile version