Minggu, Oktober 6

Jakarta

Jensen Huang, pendiri dan CEO Nvidia, kini menjadi pentolan teknologi yang sedang jaya-jayanya. Chip AI atau kecerdasan buatan besutan Nvidia laris di mana-mana, melesatkan kekayaannya yang terus meningkat. Terkini menurut Forbes, hartanya tembus USD 115,4 miliar atau lebih dari Rp 1.900 triliun.

Saat ini, ke mana pun Jensen Huang pergi, banyak orang yang meneriakkan namanya dan berebut selfie dan tanda tangan. Ia bukan selebritis biasa, melainkan engineer berusia 61 tahun.

“Dia benar-benar diperlakukan seperti bintang rock. Jensen melihat peluang ini untuk mengembangkan Nvidia. Dia jelas menikmati momen ini,” kata analis teknologi Bob O’Donnell yang dikutip detikINET dari BBC.


Baik saat melakukan lemparan pertama pada pertandingan bisbol atau mengunjungi pasar malam, tiap gerakan Huang diikuti para penggemarnya di negara asalnya dan banyak sekali pengikutnya di media sosial. Media Taiwan menjuluki fenomena tersebut sebagai ‘Jensanity’.

Huang berada di momen ledakan teknologi kecerdasan buatan atau AI, di mana chip Nvidia laris manis sebagai pendukung teknologi itu. Terlebih lagi, chip kelas atas, termasuk untuk AI, telah menjadi sumber ketegangan geopolitik Amereka Serikat dan China. Tapi Taiwan-lah yang saat ini berada di posisi teratas dalam industri ini, memproduksi hampir semua chip tercanggih di dunia melalui perusahaan seperti TSMC.

Hormat pada orang tua

Jensen Huang lahir di Taiwan, kemudian pindah ke Amerika Serikat saat kecil bersama orang tuanya. Dalam sebuah wawancara, pria yang sekarang berusia 61 tahun itu memuji orang tuanya karena telah mengantarkannya menuju kesuksesan. “Saya adalah produk dari impian dan aspirasi orang tua saya,” kata Huang.

Akhir tahun 1960-an, ayah Huang yang saat itu berusia 30-an, mengunjungi Amerika Serikat untuk pertama kali. Dia melakukan perjalanan dari Taiwan ke New York untuk program pelatihan pegawai. Ayahnya pun bersumpah mengirim Jensen dan kakak laki-lakinya ke Amerika demi kehidupan lebih baik.

″Dalam tahun-tahun berikutnya, ibu saya mengajari kami bahasa Inggris untuk mempersiapkan kami. Saat itu, ibuku sama sekali tidak mengerti bahasa Inggris,” kisahnya.

“Setiap hari, dia memilih 10 kata secara acak dari kamus dan meminta kami mengejanya serta meminta kami memberi tahu artinya,” tambahnya.

“Dia tak tahu apakah kami mengatakannya dengan benar atau tidak. Namun, impian ayah saya dan aspirasi ibu saya untuk kesuksesan kami adalah yang pada akhirnya membawa kami ke sini. Saya berhutang banyak pada mereka,” pungkasnya.

Jensen Huang makan kaki lima di Vietnam. Foto: Facebook

Makan di kaki lima dan tukang cuci piring

Huang sempat bikin heboh saat berkunjung ke negara tetangga akhir tahun 2023 lalu, di mana dia kepergok makan di kaki lima pinggir jalan. Dalam kunjungan ke Hanoi, Vietnam Jensen menyempatkan diri menikmati street food. Dikutip detikINET dari Yahoo News, dia mengenakan pakaian kasual, memadukan kaos dan jeans warna hitam.

Di sebuah kedai kaki lima bersama pengunjung yang ramai, Jensen menikmati beberapa hidangan khas lokal, termasuk bekicot, pho, dan minuman kopi telur yang terkenal di negara tetangga itu.

Hoang Anh Tuan, diplomat yang menemani Huang, mengungkapkan kekagumannya. “Dia mengabaikan pesta makan malam mewah di hotel dan restoran kelas atas. Jensen memilih makanan kaki lima dengan rasa dan pengalaman yang memang sulit ditemukan di mana pun,” tulisnya.

Pekerjaan pertamanya adalah tukang cuci piring di restoran Denny’s pada saat dia berusia 15 tahun. “Ini adalah pilihan karir yang bagus. Aku sangat merekomendasikan setiap orang memulai pekerjaan pertama di bisnis restoran, itu mengajarkan kerendahan hati dan kerja keras. Aku mungkin adalah pencuci piring terbaik Denny’s,” katanya.

Berbicara mengenai sukses, menurut Jensen orang harus merasakan penderitaan. “Menurutku salah satu keuntungan terbesarku adalah ekspektasi rendah. Kebanyakan lulusan Stanford punya ekspektasi sangat tinggi,” katanya dalam pidato di Stanford.

Memang, lulus dari kampus bergengsi secara alami membuat mereka berharap lebih, tapi bisa jadi hal itu tidak baik. “Orang dengan ekspektasi sangat tinggi ketangguhannya sangat rendah, padahal ketangguhan penting untuk sukses. Aku tidak tahu bagaimana mengajari kalian kecuali kuharap penderitaan terjadi pada kalian,” cetusnya.

Simak Video “Saham Nvidia Melonjak 16,4%, Lampaui Amazon-Alphabet
[Gambas:Video 20detik]

(fyk/fyk)

Membagikan
Exit mobile version