Kamis, September 19


Jakarta

Bos-bos pabrikan mobil Jepang tengah dihadapkan dengan tawaran menggoda. Tawaran itu salah satunya berasal dari pabrikan China seperti BYD.

Produsen mobil Jepang dikabarkan tengah mempertahankan para karyawan terbaiknya agar tak pindah ke pabrikan lain dari sesama negara Asia. Fenomena ini disebut tengah terjadi di Indonesia, di mana para produsen China berduyun-duyun meramaikan jagat otomotif Tanah Air.

Diberitakan Nikkei Asia, saat ini perekrut utama para eksekutif pabrikan Jepang itu adalah BYD. Produsen mobil China itu diketahui tengah membangun pabrik di kawasan Subang dengan nilai investasi lebih dari 1 miliar USD (Rp 16,2 triliun). Pabrik BYD itu ditargetkan bisa beroperasi mulai tahun 2026 dengan kapasitas produksi 150 ribu per tahun.


Bagi BYD dan produsen China lain yang mengembangkan sayapnya di Indonesia, produsen mobil Jepang sudah lebih stabil dan memiliki talenta yang dipercaya bisa memberikan kontribusi signifikan untuk perusahaan.

Toyota dan beberapa pabrikan Jepang lain, telah beroperasi di Tanah Air sejak tahun 1970-an. Dari sisi penjualan, para pabrikan Jepang ini juga menguasai pangsa pasar. Boleh dibilang lebih dari 90 persen mobil yang dijual di Indonesia merupakan merek Jepang. Tak cuma itu mereka juga sudah membina banyak tenaga di sektor manufaktur maupun penjualan yang berpengalaman.

Sebelum BYD, Hyundai disebut sudah melakukan hal itu tahun 2022. Kala itu Hyundai memutuskan untuk serius memantapkan bisnisnya di Indonesia. Pada tahun itu juga Hyundai mengoperasikan pabrik barunya di Cikarang dengan kapasitas produksi 150.000 unit.

Untuk mendukung kegiatan operasionalnya di Indonesia, Hyundai menggoda para eksekutif pabrikan Jepang dengan tawaran sangat menggiurkan. Sejumlah eksekutif di perusahaan Jepang mengaku ditawari gaji dua hingga tiga kali lipat dari gajinya sekarang, dengan posisi di top manajemen.

Hyundai kemudian mencatatkan peningkatan pangsa pasar lebih dari tiga persen pada tahun lalu. Torehan itu membuat Hyundai menghuni posisi keenam di daftar penjualan Indonesia. Adanya peningkatan itu didukung oleh giatnya Hyundai memasarkan mobil listrik yang tengah naik daun di Indonesia. Tak cuma itu, Hyundai juga terus mendorong ekosistem mobil listrik dengan mendirikan pabrik baterai. Ini juga menunjukkan peran positif dari perekrutan para eksekutif Jepang tersebut.

Keberhasilan merekrut eksekutif itu disebut membuat bisnis Jepang menjadi kurang diminati. Nikkei mengungkap dalam hasil studi yang dilakukan Persol Research dan Consulting pada tahun 2022, jumlah orang yang ingin bekerja di perusahaan Jepang merosot hingga 10 persen dibandingkan tahun 2019.

“Alasannya terletak pada kurangnya mobilitas ke atas yang dirasakan oleh personel yang direkrut secara lokal dan pada kenyataannya bahwa tingkat upah yang rendah dibandingkan dengan perusahaan asing lainnya,” ungkap peneliti utama di Persol Research Ryotaro Inoue.

Upah yang rendah ini membuat upaya merekrut talenta dari luar untuk bekerja di Jepang menjadi sulit. Perbandingannya ada di India. Sebagai contoh, insinyur teknologi informasi harusnya bisa mendapatkan pendapatan 50-100 persen lebih tinggi di Jepang dari India. Tapi sekarang justru sama.

“Pendapatan di tingkat atas hampir sama di Jepang dan India. Daya tarik untuk bekerja di perusahaan Jepang telah berkurang secara nyata,” ungkap salah seorang ekskutif yang tak disebutkan namanya.

(dry/mhg)

Membagikan
Exit mobile version