Sabtu, April 26

Jakarta

Naiknya tarif impor Amerika ternyata memberikan efek domino yang nantinya berimbas terhadap masyarakat. Salah satunya harga barang-barang elektronik, terkhusus produk-produk buatan Negeri Paman Sam.

Hal ini disebabkan oleh besarnya harga bahan-bahan produk elektronik yang diambil dari China. Seperti diketahui, China mendapat ‘hadiah’ tarif impor sebesar 104% usai Negeri Tirai Bambu tersebut merespon tarif resiprokal AS dengan mematok biaya impor 34% dari Amerika.

Iphone, sebagai salah satu produk andalan Amerika pun disebut akan mengalami peningkatan harga. Sebabnya, meski asal Amerika, produk-produk Apple dirakit di negara lain. Hal ini bertujuan untuk memperpendek rantai pasok serta mendekatkan produksi kepada konsumen.


Mengutip detikInet, sebagian besar dari 200 juta iPhone yang diproduksi Apple tiap tahun dibuat di China. Artinya, kenaikan jumlah tarif impor meningkatkan margin perusahaan. Pembengkakan ini tentu saja akan dibebankan kepada investor serta konsumen dalam bentuk kenaikan harga.

Analis Wedbush, Daniel Ives, mengatakan jika hal ini terjadi maka kenaikan harga produk-produk Apple niscaya meningkat. Kata Ives seperti tertulis dalam detikInet mengatakan iPhone bisa dijual dengan harga hingga USD 2.300 di AS atau sekitar Rp 38 juta. Bahkan iPhone 16e akan mengalami kenaikan harga dari USD 600 menjadi USD 858, sebuah strategi berisiko ketika konsumen lelah dengan inflasi dan terpuruk akibat kenaikan harga.

Apa yang terjadi pada Apple juga berpotensi dilakukan oleh produsen-produsen elektronik lain dengan model produksi sama. Lalu benarkah membeli produk Amerika khususnya barang elektronik perlu segera dilakukan? Ikuti diskusinya dalam Editorial Review bersama Redaktur Pelaksana detikInet.

Untuk menutup edisi kali ini detikSore akan membahas tentang kebijakan pemerintah dalam menyediakan rumah subsidi bagi kalangan pekerja tertentu. Mengutip detikProperti, Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang berprofesi sebagai wartawan bisa mendapat akses rumah yang terjangkau.

Hal ini disebutkan oleh Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait (Ara). Bersama Kementerian Komunikasi (Komdigi) dan Digital dan Badan Pusat Statistik (BPS), dirinya juga telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk menyediakan 1.000 rumah subsidi untuk wartawan. Adapun 100 unit rumah akan mulai diserahkan mulai Mei mendatang.

“Acara kita hari ini singkat, padat, dan langsung to the point, tanpa banyak ceremonial. Kita sudah menetapkan tanggal 6 Mei, jam 4 sore, untuk melanjutkan pembicaraan. Ibu, nanti kita langsung membagikan 100 kunci ya untuk wartawan,” ujar Ara di Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (8/4/2025).

Selama ini pemerintah memang banyak menelurkan kebijakan-kebijakan sejenis. Masalahnya, lokasi pembangunan perumahan disebut kurang strategis. Tak pelak, banyak perumahan subsidi yang mangkrak akibat tidak dihuni oleh para pemiliknya. Sejauh mana serapan rumah subsidi sejauh ini? Apakah ada strategi baru untuk menciptakan hunian yang memudahkan? Ikuti ulasannya bersama Redaktur detikProperti dalam Sunsetalk.

Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.

“Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!”


(far/vys)

Membagikan
Exit mobile version