Minggu, Juni 30


Yogyakarta

Sendratari Ramayana Prambanan menjadi suguhan pas jika ingin menikmati kisah legenda dengan cara yang tidak biasa. Pementasan ditampilkan tanpa dialog atau percakapan. Hanya ada suara gamelan dan gending manis dari sinden yang menjadi pelengkap latar belakang suara.

Cerita pewayangan Rama yang menyelamatkan Sinta dari Rahwana sudah tidak asing di telinga. Kisah epik itu menjadi suguhan megah yang menggetarkan dalam balutan seni drama dan tari di Candi Prambanan.

Sendratari Ramayana Prambanan populer sejak pertama kali tampil di tahun 1961. Eksistensinya menjadi magnet bagi wisatawan yang datang ke Candi Prambanan khususnya di malam hari. Tidak hanya wisatawan lokal, namun juga turis mancanegara.


“Cerita Ramayana terkisah dari relief-relief yang terpahat di Candi Prambanan,” kata sang narator.

Saat tidak hujan, pertunjukkan akan digelar di Teater Panggung Terbuka berlatarkan Candi Prambanan langsung di belakangnya. Panggung tersebut diketahui seluas 14 x 50 meter. . Jika hujan melanda, pertunjukkan akan dialihkan di area indoor Gedung Seni Trimurti. Di tahun 2024, pertunjukkan dijadwalkan setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu pukul 19.30 hingga 21.30

Harga tiket bervariatif dengan masing-masing kelasnya dibedakan dari posisi duduk penonton. Kursi penonton berbentuk layaknya tribun setengah lingkaran mengelilingi panggung terbuka. Di bangku terbaiknya yaitu VIP Class dihargai Rp 450.000. Disusul Special Class seharga Rp 300.000, First Class Rp 200.000 dan Second Class Rp 150.000.

Saat pentas berlangsung, penonton hanya boleh memotret dari bangku masing-masing dan tidak diperkenankan menggunakan flash. Berbicara terlalu keras juga tidak boleh.

Pertunjukan dibuka oleh dua orang narator. Keduanya menyambut hangat penonton dan membacakan sinopsis singkat cerita ramayana dalam dua bahasa yakni Inggris dan Indonesia.

Sebelumnya, para penabuh atau pradangga telah memposisikan diri di atas panggung, lengkap dengan gamelannya. Para sinden atau penyanyi pun juga telah mengatur posisi duduk lesehan terbaiknya.

Saat narator mengumumkan pentas dimulai, gending mulai berkumandang. Para penari tombak masuk sebagai pembuka. Suasana syahdu malam semakin epik dengan megahnya Candi Prambanan yang disorot lampu dengan indah sebagai latar belakang panggung.

Aktor pertunjukan terdiri dari sekitar 200 orang penari profesional. Berkostum lengkap dengan gaya Jawa kuno sesuai penggambaran kisan Ramayana. Pemain satu persatu masuk menampilkan visualnya di atas panggung.

Pentas ini menyajikan kisah Ramayana lengkap mulai dari kemenangan sayembara Rama atas Sinta, hingga penculikan oleh Rahwana. Dengan anggun, setiap pemain menafsirkan dialognya melalui gesture halus yang harus disaksikan secara seksama. Bagian ini yang tentu menguji fokus penonton agar tidak memalingkan muka barang sedetik saja.

Babak pertama berdurasi sekitar 60 menit dengan diakhiri Hanoman yang berhasil membumihanguskan Kerajaan Alengka. Api membakar panggung secara nyata, diiringi nyalanya kembang api yang dibawa oleh pemain. Panggung Pun menjadi hiruk pikuk hingga narator mengumumkan pertunjukkan jeda istirahat sekitar 15 menit. Penonton dapat memanfaatkannya untuk beranjak dari kursi.

Babak kedua berlanjut tidak terlalu lama dengan ditutup Sinta yang berhasil membuktikan kesuciannya. Rama dan Sinta hidup bahagia bersama penonton yang mengulas senyum di sudut bibirnya.

Senyuman pun makin merekah ketika penonton diberi sesi bebas berfoto dengan pemain di atas panggung. Tanpa banyak bicara, masing-masing menghampiri karakter favoritnya. Lewat pantauan detikTravel, karakter Rama, Sinta, dan para kera Hanoman menjadi favorit penonton untuk diajak berswafoto ria.

Pengalaman menyaksikan pentas tanpa dialog ini tak hanya menambah satu lagi moment menyenangkan dalam hidup, tapi juga upaya pelestarian budaya. Menciptakan kesan indah akan cerita legenda lawas dalam balutan kemegahan seni peran, sungguh memang layak diapresiasi bersama.

(fem/fem)

Membagikan
Exit mobile version