Kamis, Juli 4


Yogyakarta

Terletak di lereng Gunung Merapi, Tankaman Natural Park berkembang menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kaliurang Timur, Yogyakarta. Dimulai sebagai lahan pakan ternak, area itu kini menjadi spot wisata alam nan menenangkan.

Pengelolaan kawasan itu hingga menjadi taman wisata alam dikelola oleh pemuda desa. Hafiz, ketua pengelola Tankaman Natural Park, berbagi cerita tentang perjalanan panjang dan tantangan yang dihadapi oleh para pemuda desa dalam mengembangkan tempat ini.

Awalnya, lahan yang sekarang menjadi Tankaman Natural Park adalah tanah kas desa yang disewa oleh petani untuk pertanian dan pakan ternak. Kemudian, pada 2020, pemuda dari Dusun Kaliurang Timur memutuskan untuk mengubah lahan ini menjadi destinasi wisata dengan membentuk organisasi Kelompok Masyarakat bernama Muda-Mudi Kaliurang Timur.


Tidak ada penebangan pohon atau pembukaan lahan, natural park dipilih sebagai konsep untuk menjaga alam tetap lestari.

“Pendirian Tankaman Natural Park dimulai pada tahun 2020. Awalnya, fokus kami adalah untuk camping dan tracking,” kata Hafiz.

Namun, dengan margin yang tidak cepat berkembang, mereka memutuskan untuk membuka warung yang menjual makanan titipan dari warga sekitar.

“Kami melibatkan semua warga Kaliurang Timur, baik muda maupun tua, dalam operasional warung ini,” kata dia.

Asal Mula Nama Tankaman

Nama “Tankaman” memiliki keunikan. Namanya serasa asing apalagi ditambah dengan natural park.

Ternyata nama itu sudah akrab untuk menamai kawasan itu sejak lama. Dulu, orang-orang menyebut tankaman sebagai singkatan dari etan pemakaman, yang dalam bahasa Jawa artinya timur pemakaman.

Kendati nama itu terdengar suram, para pemuda berhasil mengubah citra tempat ini menjadi sebuah taman alami yang indah dan ramah pengunjung.

Mereka memanfaatkan bantuan dana dari Gubernur Yogyakarta dan dana istimewa dari Keraton untuk membangun infrastruktur dasar tanpa merusak alam sekitarnya.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh para pengelola adalah bagaimana mempromosikan tempat ini tanpa anggaran besar. Kemudian salah satu traveler menyambangi kawasan itu dan dipromosikan.

“Awalnya kami tidak punya modal besar dan promosi pun tidak ada. Semua berjalan organik, dan kami mengandalkan mulut ke mulut serta pertama kali postingan influencer wisata namanya Mas Dolan. Setelah itu, pengunjung semakin banyak,” kata Hafiz.

Penyelamat Warga Saat Pandemi

Selama pandemi COVID-19, Tankaman Natural Park menjadi penyelamat bagi banyak pemuda desa yang kehilangan pekerjaan. Dengan dana tersebut, mereka berhasil membangun fasilitas dasar dan mengembangkan tempat ini menjadi lebih layak dikunjungi.

“Saat COVID, banyak dari kami yang menganggur. Kami melihat potensi tempat ini dan mengajukan proposal untuk mendapatkan dana bantuan,” ujar Hafiz
.
Tankaman Natural Park kini memiliki beberapa area, termasuk enam rumah kerucut, area outdoor dengan meja-meja, dan jalur tracking yang menantang.

Pengunjung dapat menikmati pemandangan terbaik Gunung Merapi di pagi hari sekitar pukul 7, ketika udara masih segar dan gunung terlihat jelas. Ke depan, Hafiz dan timnya berencana untuk terus mengembangkan Tankaman Natural Park dengan tetap menjaga keaslian alamnya.

“Kami ingin mengelola kebun kopi dan menawarkan wisata memetik serta meracik kopi langsung,” ujar dia.

Meskipun promosi belum digencarkan, mereka berfokus pada pengelolaan yang intimate dan organik untuk menjaga kapasitas dan kualitas pelayanan. Dengan sejarah yang kaya dan komitmen kuat dari para pemuda desa, Tankaman Natural Park tidak hanya menjadi destinasi wisata yang menarik tetapi juga simbol kebangkitan ekonomi lokal dan sinergi komunitas di Kaliurang Timur.

(fem/iah)

Membagikan
Exit mobile version