Kamis, September 19

Jakarta

Kairo di Mesir salah satu ibu kota tertua di dunia dengan usia lebih dari 1.000 tahun. Pada 2015, pemerintah mengumumkan untuk membangun kota baru yang disebut dengan Ibu Kota Administratif Baru (New Administrative Capital/NAC).

NAC berada 45 km dari timur Kairo dan memiliki luas sebesar 700 kilometer persegi. Kota ini dibangun di atas tanah gurun dan dirancang dengan teknologi tinggi. Anggarannya juga besar, hingga miliaran dolar AS. Karena itu, banyak yang penasaran seperti apa rupa dari ibu kota baru tersebut.

Pada 2017, kamera satelit Landsat milik NASA berhasil menangkap gambar perkembangan pembangunan kota. Saat itu, hanya terlihat ‘garis-garis’ di atas gurun. Seperti ini gambarnya:


Ibu Kota Administratif Baru pada 2017. Foto: kamera satelit Landsat milik NASA

Maju ke Agustus 2024, garis-garis itu bertransformasi menjadi beberapa landmark megaproyek. Seperti ini gambarnya:

Ibu Kota Administratif Baru pada Agustus 2024. Foto: kamera satelit Landsat milik NASA

Melansir IFLScience, garis hijau bergelombang di antara warna krem adalah Green River Park, dirancang untuk menjadi ruang bagi pejalan kaki dan pesepeda. Di sana akan ada danau dan beberapa flora asli Mesir dan mempunyai panjang 10 kilometer.

Sesuai dengan namanya saat ini, ibu kota baru ini juga menjadi rumah bagi banyak gedung pemerintahan. Salah satunya adalah pusat baru untuk Kementerian Pertahanan yang dijuluki ‘Octagon’.

Kenapa Mesir Bangun Ibu Kota Baru?

Ibu kota baru Mesir dibangun dengan anggaran USD 45 miliar atau sekitar Rp 693 triliun. Namun, diprediksi angkanya akan naik mendekati USD 58 miliar, bila dikonversikan Rp 893 triliun.

Alasan Mesir membangun ibu kota baru adalah populasi Kairo yang meledak dalam waktu relatif singkat. Pada tahun 1950, jumlah penduduk kota ini hanya sekitar 2,5 juta jiwa. Mengejutkannya, kini populasinya diperkirakan mencapai 22,6 juta jiwa. Sebagian besar penduduk tersebut tinggal dalam jarak 20 kilometer dari aliran Sungai Nil.

“Kairo tidak cocok untuk orang Mesir,” kata Khaled El-Husseiny, juru bicara proyek tersebut, kepada The Guardian pada tahun 2018.

“Ada kemacetan lalu lintas di setiap jalan, infrastruktur tidak dapat mendukung jumlah penduduk, dan kota ini sangat padat,” lanjutnya.

Nah, kota baru ini dirancang untuk menyediakan rumah bagi lebih dari 6 juta orang. Selain itu, ibu kota ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan dan polusi di Kairo.

(ask/ask)

Membagikan
Exit mobile version