Minggu, September 22

Jakarta

Pejabat Israel dilaporkan memutuskan meledakkan ribuan pager Hizbullah lebih awal karena khawatir Hizbullah telah mengetahui rencana itu. PM Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat tingginya dilaporkan memberi lampu hijau untuk serangan terkoordinasi lebih cepat dari seharusnya usai intelijen curiga Hizbullah mendeteksi bahan peledak di pager mereka.

Dikutip detikINET dari New York Post, sumber mengklaim keputusan untuk meluncurkan serangan lanjutan pada Rabu di mana ribuan radio walkie talkie Hizbullah meledak, juga dipercepat karena kekhawatiran Hizbullah akan membuang perangkat tersebut setelah serangan mendadak pada Selasa.

Menurut kementerian kesehatan Lebanon, ledakan pager dan walkie talkie itu total menewaskan sedikitnya 26 orang, termasuk sedikitnya dua anak, dan melukai lebih dari 3.200 orang lainnya.


Pager AR-924 yang digunakan dalam gelombang serangan pertama diduga dibajak oleh Israel sebelum digunakan Hizbullah. Negara Yahudi itu kemudian diduga menanamkan bahan peledak di samping baterai, ditambah sakelar yang dapat dipicu dari jarak jauh untuk meledak.

Hizbullah beralih ke pager setelah para pemimpinnya memperingatkan untuk membuang ponsel awal tahun ini karena khawatir Israel telah meretas jaringan seluler Lebanon dan juga dapat menggunakan perangkat tersebut untuk serangan yang ditargetkan.

Pager yang dipasangi bom diledakkan dengan mengirimkan pesan yang menyamar sebagai para pemimpin kelompok itu. Sedangkan walkie talkie yang diledakkan sehari kemudian semuanya dipesan untuk Hizbullah sekitar lima bulan lalu, sekitar waktu yang sama dengan pemesanan pager.

Diduga, Mossad menanam bom pada perangkat saat proses produksi atau distribusi. Pager yang meledak bermerek Gold Apollo asal Taiwan. Namun pendiri sekaligus presiden perusahaan, Hsu Ching-kuang, mengatakan pager itu dibuat perusahaan lain yang memiliki lisensi menggunakan mereknya.

Adapun foto perangkat walkie talkie meledak di Lebanon yang diperiksa oleh Reuters menunjukkan panel dalam berlabel ICOM dan made in Japan. Menurut situs webnya, ICOM adalah perusahaan komunikasi radio dan telepon yang berbasis di Jepang.

Perusahaan tersebut mengatakan produksi beberapa model radio genggam ICOM telah dihentikan, termasuk IC-V82, yang tampak sangat mirip dengan foto dari Lebanon. Model bersangkutan disetop produksinya tahun 2014.

(fyk/rns)

Membagikan
Exit mobile version