Jumat, November 1

Jakarta

Kebanyakan orang berpikir hiu adalah penghuni laut berukuran besar. Namun, lautan dunia (dan beberapa danau) dipenuhi dengan berbagai spesies hiu, dari hiu putih besar yang terkenal, hingga hiu martil, hiu banteng, dan segala jenis hiu lainnya. Saatnya berkenalan dengan spesies hiu terkecil di dunia, dwarf lanternshark atau hiu lentera kerdil.

Hiu lentera kerdil (Etmopterus perryi) adalah anggota genus hiu lentera Etmopterus yang langka dan sangat sulit ditangkap. Mereka hanya diketahui dari beberapa penampakan dan tangkapan tidak sengaja di lepas pantai Amerika Selatan. Populasinya diperkirakan hidup di Atlantik tengah bagian barat pada kedalaman antara 283 dan 439 meter.

Mengingat hiu kecil ini sangat sulit ditangkap, sulit untuk mengetahui dengan pasti, tetapi secara umum dilaporkan bahwa panjang totalnya dapat mencapai maksimum 21,2 cm.


Sebuah penelitian dari tahun 2021 menangkap 153 individu untuk menyelidiki struktur populasi dan menemukan satu hiu lentera kerdil yang berukuran panjang 28,9 cm yang merupakan panjang tubuh maksimum baru untuk spesies ini.

Kepala hiu lentera kerdil diperkirakan sekitar seperlima hingga seperempat dari seluruh panjang tubuhnya dan mulutnya memiliki lebih dari 60 gigi tajam. Spesies ini memiliki mata sangat besar, yang diperkirakan dapat memaksimalkan jumlah cahaya yang tersedia bagi mereka di kedalaman laut yang gelap.

Spesimen hiu ini telah menunjukkan warna cokelat tua dengan tanda hitam pada kulit. Beberapa tanda tersebut terdiri dari sel-sel yang disebut fotofor, yang menghasilkan cahaya. Fitur-fitur penghasil cahaya ini diperkirakan menarik ikan yang lebih kecil ke hiu, yang kemudian dimangsanya.

Hiu lentera kerdil diperkirakan bersifat ovovivipar, dengan kantung kuning telur yang memberi makan dua atau tiga anak hingga mereka lahir hidup.

Terancam Punah

Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) menandai hiu lentera kerdil sebagai ‘Least Concern’, yang terendah pada skala risiko kepunahan. Namun, bahaya yang paling mendesak bagi spesies ini adalah kurangnya informasi yang akurat tentang ekologi mereka dan ancaman pukat nelayan laut dalam.

“Sebuah penelitian tentang pukat pada 2009 di lepas pantai Karibia Kolombia menemukan spesies ini ada di 39% pukat, dan jumlahnya hanya sekitar 1% dari kelimpahan dan biomassa,” tulis IUCN.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version