Senin, Oktober 14

Jakarta

Gunung berapi terbesar di negara bagian Washington, Amerika Serikat, Gunung Adams, menunjukkan serangkaian aktivitas seismik dalam beberapa minggu terakhir.

Gunung ini hampir tidak aktif selama ribuan tahun. Pejabat US Geology Survey (USGS) kini memasang stasiun seismik sementara di sekitar Gunung Adams untuk memantau situasi dan menentukan apakah raksasa yang sedang tidur itu kemungkinan akan meletus.

Meskipun berada di posisi kedua tertinggi setelah Gunung Rainier, Gunung Adams merupakan gunung berapi aktif terbesar di Washington baik dari segi luas maupun volume. Menurut pernyataan USGS , letusan terakhir di lokasi tersebut terjadi sekitar 3.800 hingga 7.600 tahun yang lalu, saat manusia masih berada di Zaman Batu.


Sejak para ilmuwan mulai memantau gunung berapi tersebut pada tahun 1982, gempa teramati dengan frekuensi sekitar satu kali setiap dua hingga tiga tahun.

Namun, selama September, Cascades Volcano Observatory (CVO) dan Pacific Northwest Seismic Network (PNSN) mendeteksi enam gempa di Gunung Adams. Ini adalah gempa terbanyak yang pernah terjadi dalam satu bulan.

Semua gempa tersebut berkekuatan kecil, berkisar antara Magnitudo 0,9 dan 2,0 dan tidak ada yang terasa di permukaan. Citra satelit juga telah mengonfirmasi bahwa tidak ada deformasi tanah yang terjadi di sekitar gunung berapi setelah gempa.

“Saat ini, tidak ada indikasi bahwa tingkat aktivitas gempa tersebut perlu dikhawatirkan,” jelas USGS, seraya menambahkan bahwa tingkat peringatan dan kode warna untuk Gunung Adams tetap pada hijau yang berarti normal.

Namun, mengingat keaktifan gunung berapi yang tidak biasa itu, lembaga tersebut meningkatkan kapasitas pemantauannya di sekitar Gunung Adams dengan memasang peralatan perekaman tambahan.

“Ini akan meningkatkan kemampuan untuk menemukan gempa yang lebih kecil dengan lebih pasti dan membantu dalam memahami penyebab gempa ini. Hasil temuan kami akan menentukan apakah ada tindakan tambahan yang diperlukan,” tulis USGS.

Saat ini, belum jelas apakah gempa tersebut merupakan pertanda akan terjadinya gempa yang lebih besar atau sekadar anomali acak. Namun, jika Gunung Adams benar-benar meletus, kemungkinan besar letusannya tidak akan dahsyat karena sebagian besar aktivitas gunung berapi tersebut dalam sejarah melibatkan aliran lava yang bergerak cepat, bukan letusan dahsyat.

Empat aliran lava tersebut diyakini telah terjadi dalam 12.000 tahun terakhir, tidak satu pun yang mencapai lebih dari beberapa km dari Gunung Adams.

Menurut USGS, ancaman terbesar bagi penduduk setempat adalah aliran lumpur dari batu, abu, dan es yang disebut lahar yang dapat terjadi selama episode erupsi dan non-erupsi.

Kadang kala, lahar ini dapat menempuh jarak yang sangat jauh dari gunung berapi itu sendiri, dengan aliran yang luas diperkirakan terjadi 6.000 dan 300 tahun yang lalu.

“Puncak yang tertutup es menyembunyikan sejumlah besar batuan yang melemah secara hidrotermal, dan tanah longsor di masa mendatang dari batuan yang melemah ini dapat menghasilkan lahar yang menempuh jarak yang jauh,” lanjut pernyataan USGS.

Karena alasan inilah Gunung Adams dikategorikan sebagai gunung berapi dengan ancaman tinggi, meskipun peringkat ini lebih mengacu pada kerusakan yang dapat ditimbulkan letusan terhadap penduduk lokal daripada risiko aktivitas sebenarnya.

Simak Video “Penampakan Gunung Etna di Italia Muntahkan Lava Merah
[Gambas:Video 20detik]

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version