![](https://i3.wp.com/awsimages.detik.net.id/api/wm/2025/02/14/sir-isaac-newton-meramalkan-dunia-seperti-yang-kita-kenal-saat-ini-akan-berakhir-pada-2060_169.png?wid=54&w=650&v=1&t=jpeg&w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jakarta –
Sir Isaac Newton, ilmuwan ternama yang dikenal karena merumuskan hukum gerak dan gravitasi, meramalkan dunia seperti yang kita kenal saat ini akan berakhir pada 2060.
Newton menuliskan peringatan yang tidak menyenangkan ini pada selembar surat di atas serangkaian perhitungan matematika lebih dari 300 tahun lalu.
Dikutip dari Daily Mail, ia percaya pada penglihatan Alkitab tentang Kiamat, khususnya Pertempuran Armageddon (Battle of Armageddon), dan mendasarkan prediksinya pada interpretasi keyakinannya terhadap Alkitab dan peristiwa-peristiwa yang mengikuti sejarahnya.
Perang yang diramalkan ini dijelaskan dalam bab terakhir Kitab Wahyu kepada Yohanes (Book of Revelation), dan mempertemukan kekuatan baik (yang dipimpin oleh Tuhan) melawan kekuatan jahat (yang dipimpin oleh raja-raja Bumi).
Kitab Wahyu kepada Yohanes adalah kitab terakhir dalam kanon yang menutup sejarah Perjanjian Baru dalam Alkitab Kristen. Kitab ini juga merupakan kitab Kristen yang berisikan penglihatan, lambang, tanda, bilangan, serta hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran Tuhan kepada bangsa Yahudi.
Kitab Suci menyatakan bahwa pertempuran ini akan menandai akhir dunia, dan mengawali era perdamaian baru yang dibawakan oleh Tuhan. Newton menggunakan matematika dan tanggal dalam sejarah Alkitab untuk menyimpulkan kiamat, menggunakan hari-hari yang disebutkan dalam kitab suci sebagai tahun untuk menafsirkan wahyu tersebut.
Baginya, kurun waktu tersebut (terutama 1260 tahun) melambangkan rentang waktu ditinggalkannya Gereja dan bangkitnya agama Trinitarian yang ‘korup’, terutama Katolikisme yang oleh sebagian Protestan dipandang sebagai aliran sesat.
Foto: Jerusalem’s Hebrew University
|
Newton mempelajari sejarah untuk menentukan tanggal pasti dimulainya pengabaian ini secara resmi, dan menetapkannya pada 800 Masehi, tahun berdirinya Kekaisaran Romawi Suci. Bagi Newton, 800 Masehi ditambah 1.260 menghasilkan tahun 2060.
“Maka masa kali dan setengah kali itu adalah 42 bulan atau 1260 hari atau tiga tahun dan setengah, yang menghitung dua belas bulan untuk satu tahun dan 30 hari untuk satu bulan sebagaimana dilakukan dalam Kalender tahun primitif,” bunyi surat tahun 1704 itu.
“Dan hari-hari binatang yang berumur pendek dianggap sama dengan tahun-tahun kerajaan yang berumur panjang, yaitu periode 1260 hari, jika dihitung sejak penaklukan lengkap ketiga raja pada tahun 800 Masehi, maka akan berakhir pada 2060 M. Periode ini mungkin berakhir lebih lambat, tetapi saya tidak melihat alasan untuk mengakhirinya lebih cepat,” tulis Newton.
Stephen D. Snobelen, seorang profesor sejarah sains dan teknologi di King’s College University di Halifax, Kanada, mengatakan prediksi Newton tidak melibatkan penggunaan sesuatu serumit kalkulus yang ia temukan, melainkan aritmatika sederhana yang dapat dilakukan oleh anak-anak.
Newton menggunakan 1260, 1290, 1335 dan 2300 hari yang ditemukan dalam Kitab Daniel dan Wahyu, yang membahas akhir dan awal masa-masa tertentu. Akan tetapi, ia malah melihatnya sebagai tahun dengan menggunakan prinsip ‘hari untuk setahun’, yaitu metode yang digunakan untuk menafsirkan wahyu Alkitab yang menyatakan kata ‘hari’ melambangkan satu tahun.
“Dalam Kitab Wahyu, Kristus dan orang-orang kudus akan campur tangan untuk mendirikan Kerajaan Tuhan global yang akan memerintah selama 1.000 tahun di Bumi,” menurut Snobelen.
Newton juga percaya bahwa sekitar waktu ini, cabang-cabang agama Kristen yang korup akan jatuh, dan Injil yang sejati akan diberitakan secara terbuka. “Sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali, orang-orang Yahudi akan kembali ke Israel, menurut nubuat Alkitab, dan membangun kembali Bait Suci,” Snobelen menafsirkan.
“Namun, meskipun berupaya meramalkan akhir dunia, Newton waspada terhadap penetapan tanggal yang bersifat ramalan dan khawatir bahwa kegagalan prediksi manusia yang dapat salah berdasarkan nubuat ilahi akan membuat Alkitab menjadi tidak dihormati,” tulisnya.
Newton bahkan mempertanyakan prediksinya sendiri bahwa era saat ini akan berakhir pada 2060. “Mungkin akan berakhir nanti, tetapi saya tidak melihat alasan untuk berakhir lebih cepat,” tulisnya.
Dalam ramalan lain yang merujuk pada 2060, Newton menyatakan:
“Saya sebutkan ini bukan untuk menegaskan kapan akhir zaman akan terjadi, tetapi untuk menghentikan dugaan-dugaan gegabah dari orang-orang penuh khayalan yang sering meramalkan akhir zaman, (dan) dengan berbuat demikian, membawa nubuat-nubuat suci ke dalam aib yang sering kali meleset dari ramalan-ramalan mereka. Kristus datang seperti pencuri pada malam hari, dan bukan tugas kita untuk mengetahui masa (dan) waktu (yang) telah Allah taruh dalam hati-Nya.”
Saat ini, mungkin tampak berlawanan dengan intuisi bagi seorang ilmuwan untuk begitu sibuk dengan wahyu Alkitab. Namun menurut Snobelen, Newton bukanlah seorang ‘ilmuwan’ dalam pengertian modern dari istilah tersebut. Sebaliknya, ia adalah seorang ‘filsuf alam.’
“Dipraktikkan dari Abad Pertengahan hingga abad kedelapan belas, filsafat alam tidak hanya mencakup studi tentang alam, tetapi juga studi tentang tangan Tuhan yang bekerja di alam,” tambahnya.
“Bagi Newton, tidak ada penghalang yang tidak dapat ditembus antara agama dan apa yang sekarang kita sebut sains. Sepanjang hidupnya, Newton berusaha keras untuk menemukan kebenaran Tuhan, baik di alam maupun Kitab Suci,” tutupnya.
(rns/rns)