Selasa, Juli 2

Jakarta

Sungai-sungai di Alaska berubah warna dari biru jernih menjadi oranye berkarat. Hal ini dikarenakan pencemaran logam beracun yang dilepaskan oleh pencairan lapisan es, menurut sebuah studi baru.

Temuan ini mengejutkan para peneliti dari National Park Service, University of California di Davis dan US Geological Survey, yang melakukan tes di 75 lokasi di perairan Brooks Range Alaska.

Sungai-sungai di daerah tersebut tampak berkarat dan menjadi keruh serta berwarna oranye selama lima hingga 10 tahun terakhir, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Communications: Earth & Environment.


Perubahan warna dan kekeruhan ini disebabkan oleh logam seperti besi, seng, tembaga, nikel, dan timbal, demikian temuan para peneliti. Kondisi ini, beberapa di antaranya beracun bagi ekosistem sungai, karena lapisan es mencair dan membuat saluran air terpapar mineral yang tersimpan di bawah tanah selama ribuan tahun.

“Kami biasa melihat hal ini di beberapa bagian California, bagian Appalachia yang memiliki sejarah pertambangan. Ini adalah proses klasik yang terjadi di sungai-sungai di benua AS yang telah terkena dampaknya selama lebih dari 100 tahun sejak terjadinya penambangan besar-besaran pada tahun 1850-an,” kata Brett Poulin, salah satu penulis penelitian dan profesor toksikologi lingkungan di UC Davis dikutip dari CNN.

“Tetapi sangat mengejutkan melihatnya ketika ini terjadi di hutan belantara yang paling terpencil dan jauh dari sumber tambang,” tambahnya.

Tanah Arktik secara alami mengandung karbon organik, nutrisi dan logam, seperti merkuri, di dalam lapisan esnya, kata studi tersebut. Temperatur yang tinggi menyebabkan mineral-mineral tersebut dan sumber air di sekitarnya bertemu saat lapisan es mencair.

Penelitian menunjukkan bahwa wilayah Arktik mengalami pemanasan empat kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di dunia.

Foto: National Park Service

“Apa yang kami yakini adalah pencairan tanah terjadi lebih cepat di sana dibandingkan di tempat lain. Ini benar-benar merupakan konsekuensi perubahan iklim yang tidak terduga,” kata Poulin.

Para peneliti menggunakan citra satelit untuk menentukan kapan perubahan warna terjadi di sungai dan aliran sungai yang berbeda.

“Di beberapa lokasi, peningkatan paling drastis terjadi antara tahun 2017 hingga 2018 dan bertepatan dengan tahun-tahun terpanas yang pernah tercatat pada saat itu,” kata Poulin.

Perubahan warna ini dikaitkan dengan ‘penurunan drastis’ kehidupan akuatik, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang bagaimana pencairan lapisan es yang terus berlanjut akan berdampak pada masyarakat yang bergantung pada saluran air tersebut untuk minum dan memancing.

“Di sungai-sungai Arktik di Alaska saja terdapat beragam ikan yang penting untuk perikanan subsisten, olah raga, dan komersial,” tulis para peneliti.

Sungai Alaska tercemarFoto: National Park Service

Poulin mengatakan masyarakat lokal sudah menyuarakan keprihatinan dan pengamatan mereka kepada para peneliti studi sejak tujuh tahun lalu.

Alaska bukan satu-satunya negara bagian yang mengalami fenomena ini. Studi lain, yang diterbitkan sebulan sebelum para peneliti di Alaska mempublikasikan temuan mereka, merinci bagaimana Pegunungan Rocky di Colorado mengalami dampak serupa, antara lain, dari pemanasan iklim.

Studi yang diterbitkan oleh Water Resources Research mencatat peningkatan konsentrasi logam, yaitu sulfat, seng, dan tembaga di 22 aliran sungai pegunungan Colorado dalam 30 tahun terakhir.

Para peneliti menemukan berkurangnya aliran sungai menyumbang setengah dari peningkatan tersebut, sementara separuh lainnya berasal dari pencairan tanah beku yang memungkinkan mineral terlepas dari batuan dasar.

Penelitian semacam ini telah meluas melampaui Amerika Serikat pada masa lalu. Penelitian serupa mengenai peningkatan konsentrasi logam dan unsur tanah jarang di sungai pegunungan telah dilakukan di Andes Chili, Pegunungan Alpen Eropa, dan Pyrenees di Spanyol utara.

Meskipun beberapa dari wilayah ini telah menjadi lokasi pertambangan sehingga terdapat konsentrasi logam di sungai selama bertahun-tahun. Peningkatan ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana perubahan iklim akan terus berdampak pada sumber air pegunungan.

Para peneliti di Alaska akan melanjutkan studi mereka di tahun-tahun mendatang untuk menentukan lokasi sumber logam dan mineral, serta dampaknya terhadap kehidupan perairan dan manusia.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version