Kamis, Oktober 3


Jakarta

Sosok crazy rich PIK Helena Lim telah ditetapkan sebagai salah satu tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk periode 2015-2022. Atas penetapan ini, ia juga sudah ditahan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung)

Perlu diketahui, Helena Lim ditetapkan sebagai tersangka dalam kapasitasnya sebagai Manager PT QSE. Dalam hal ini disebut memberikan sarana dan prasarana dalam kasus korupsi ini.

Selain itu, sebelumnya Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) juga sudah melakukan penggeledahan di rumah Helena Lim untuk mencari barang bukti.


Dari penggeledahan itu Kejagung telah menyita sejumlah barang bukti seperti alat elektronik, kumpulan dokumen terkait, serta uang tunai sebesar Rp 10 miliar dan 2.000.000 dolar Singapura. Jika dikonversikan, 2 juta dolar Singapura setara dengan Rp 23.310.784.676. Jadi, jika ditotal Rp 10 miliar dan Rp 23,3 miliar, berarti sekitar Rp 33 miliar.

Dari mana saja sumber kekayaan Helena Lim?

Selain menjadi manager PT QSE, Helena Lim juga dikenal punya sumber penghasilan lain. Misalkan saja dari bisnis yang dimilikinya, yakni minuman untuk diet bernama DRZLIM Official Fiber Sehat.

Informasi ini disampaikan langsung oleh Helena dalam bio akun Instagram-nya (@helenalim889). Kemudian dalam bio Instagram itu, Helena juga mengaku merupakan seorang penyanyi dengan single lagu berjudul ‘Pasrah’ yang bisa didengar melalui platform musik seperti Apple Music, iTunes, dan Spotify.

Kemudian Helena Lim juga sebagai seorang content creator yang aktif membuat konten di media sosial Instagram. Selain itu dirinya juga mempunyai kanal YouTube sendiri (Helena Lim) meski terlihat sudah lama tidak mengunggah video baru.

Di luar itu, dalam sebuah video wawancara dengan artis ternama Ashanty di channel YouTube ‘The Hermansyah A6’, Helena Lim bercerita bahwa kesuksesannya saat ini bermula dari usaha penukaran dolar.

Dalam wawancara itu, Helena bercerita pada awalnya ia memulai karier sebagai marketing bank di Medan sekitar 1996. Saat itu ia hanya mendapatkan gaji sebesar Rp 450 ribu per bulan.

Dari pekerjaannya itu, ia bertemu dengan seorang nasabah yang menyimpan sejumlah uang dolar dalam bentuk deposit. Dari sana ia pertama kali melakukan penukaran dolar ke rupiah dan sebaliknya.

“Jadi ada kustomer aku masuki deposito US$ 100.000, pada zaman itu. Tapi zaman itu dolar cuma Rp 2.000, jadi dia masuk (simpan deposit) ke aku 3 bulan. Pas 3 bulan jatuh tempo aku telpon dia mau diperpanjang nggak, terus dia bilang jual aja,” jelasnya

“Waktu itu bank belum ada treasury, jadi aku bingung cairin gimana caranya. Telpon ke bagian ekspor impor ada yang mau cairin dolar, kalau jual ke bank Rp 2.900, kalau jual ke customer-nya Rp 2.950, lebih tinggi 50 poin. Terus nanti dapat komisi setelah menjual itu. Dari menjual itu saya dapat 1 juta, sudah dapat dua kali gaji,” paparnya.

Dari sana, dia membuka jalan untuk membantu orang menjual dolarnya terutama pada masa krisis moneter. Dia menghubungi semua klien dan membantu menjual dolar yang mereka miliki dengan kurs jual beli lebih tinggi sebagai komisi untuk Helena.

(hns/hns)

Membagikan
Exit mobile version