Kamis, Januari 30

Jakarta

Sony, baru-baru ini mengumumkan akan menghentikan produksi cakram Blu-ray pada Februari mendatang. Keputusan ini menandai babak akhir bagi media fisik yang pernah digadang-gadang sebagai penerus DVD.

Raksasa teknologi asal Jepan ini juga akan menghentikan produksi format lawas lainnya seperti MiniDisc, MD-Data, dan kaset MiniDV. Langkah ini bukanlah kejutan besar.

Tren beralih ke platform streaming dan distribusi digital telah menggerus pasar media fisik selama bertahun-tahun. Penjualan Blu-ray terus menurun, sementara layanan seperti Netflix, Disney+ Hotstar, dan Spotify merajalela.


Sony sebenarnya telah memulai proses “pensiun” dari Blu-ray sejak tahun lalu dengan menghentikan produksi cakram Blu-ray yang dapat direkam untuk konsumen. Produsen lain seperti Panasonic dan LG juga telah lebih dulu meninggalkan pasar Blu-ray. Bahkan retailer raksasa seperti Best Buy telah berhenti menjual Blu-ray, Ultra-HD Blu-ray, dan DVD.

Meskipun distribusi digital mendominasi, masih ada sekelompok konsumen yang setia pada media fisik. Mereka menghargai kualitas audio dan visual yang superior dari Blu-ray, serta faktor “kepemilikan” yang tidak didapatkan dari konten digital.

Keputusan Sony ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan distribusi game fisik untuk konsol PlayStation. Meskipun PlayStation 5 Pro tidak lagi menyertakan drive optik bawaan, aksesori drive Blu-ray opsional ternyata masih diminati.

Untuk siketahui prototipe cakram Blu-ray pertama dirilis pada tahun 2000, dirancang sebagai penerus DVD, dan bersaing dengan HD DVD milik Toshiba. Baik Blu-ray maupun HD DVD mulai tersedia untuk umum pada tahun 2006.

Namun, HD DVD kalah bersaing dengan HD DVD dalam perang format karena Sony bermitra dengan studio film dan menyertakan teknologi Blu-ray di PlayStation 3.

Berjalannya waktu, kepemilikan optical disk drive (ODD) mulai berkurang, banyak pengguna menyimpan file penting menggunakan penyimpanan awan. Namun, ini biasanya memiliki biaya bulanan dan bisa menjadi penghalang jika ingin menyimpan sejumlah besar data.

Menempatkan data secara online juga menimbulkan kekhawatiran masalah keamanan. Alhasil membuat beberapa pengguna dan organisasi lebih suka menyimpan file di hard drive.

(afr/agt)

Membagikan
Exit mobile version