Sabtu, Oktober 26


Jakarta

Sejumlah pramugari membeberkan melakukan pekerjaan sampingan demi penghasilan tambahan. Ada yang rela sampai menjadi penari striptis.

Dilansir dari New York Post, Kamis (24/10/2024) pramugari Bree, bukan nama sebenarnya, memiliki pekerjaan sampingan sebagai penari striptis. Dia bilang penghasilan sebagai pramugari tidak sebesar yang dikira banyak orang. Mau tidak mau, dia pun mencari pekerjaan sampingan dengan upah yang tinggi.

“Saya tumbuh dengan banyak moral, banyak moral Kristen. Saya punya pasangan, saya punya pekerjaan,” kata Bree.


Setelah menjalani shift panjang sebagai pramugari, dia melepas cincin kawin dan seragam kemudian bersiap untuk memulai pekerjaan sampingannya di kelab tari telanjang. Lama-kelamaan, pekerjaan itu membuat Bree terpapar pada lingkungan yang tidak menyenangkan yang penuh dengan germo, pengedar narkoba, dan klien yang tidak senonoh.

Bree mengatakan bahwa pekerjaan keduanya lahir dari kebutuhan untuk bertahan hidup. Meskipun pramugari mungkin tampak menghasilkan banyak uang, pada kenyataannya mereka ‘sangat miskin’. Sebagai pramugari, dia dibayar kurang dari USD 30.000 atau sekitar Rp 460 juta setahun di tahun pertama.

Sebagai perbandingan, Bree meraup antara USD 300 atau sekitar Rp 4 juta dan USD 1.000 atau sekitar 15 juta per malam, ya per malam, sebagai penari. Dengan pendapatan itu dia enteng membayar sewa dan biaya kebutuhan hidup lainnya.

Yang bikin berat pramugari adalah ketika masih dalam masa percobaan. Ada maskapai yang tidak membayar pramugari yang masih berstatus ‘percobaan’ padahal merek melayani penumpang seperti pramugari senior.

Pramugari lain, Kim, mengklaim bahwa ia hanya diberi upah setengah dari jam kerja yang dihabiskan. Sebab, separuh waktu dianggap sebagai pelatihan.

“Anda mengikuti pelatihan selama enam minggu, dan Anda tidak dibayar untuk semua itu,” keluh ibu tiga anak ini, yang bekerja di maskapai penerbangan besar.

“Terkadang, Anda bekerja 10,5 jam sehari, dan Anda hanya dibayar lima jam. Pada kenyataannya, saya dibayar lebih rendah dari pekerja McDonald’s,” dia menambahkan.

Pramugari lain bernama Nasstasja Lewis mengklaim bahwa gajinya untuk bekerja di maskapai penerbangan papan atas sangat kecil. Dia bilang gajinya cuma cukup untuk membayar satu tagihan dan belanja bulanan untuk dia dan putranya.

Karena tidak punya pilihan lain, pramugari yang kekurangan uang itu terpaksa menyantap makanan penumpang untuk lebih irit. Bahkan, ada pula pramugari mencuri makanan dari keranjang makanan ringan kelas satu.

“Anda harus mengesampingkan harga diri dan berkata, ‘Hei, saya harus makan, atau tidak,” kata Lewis.

Cerita yang sama juga datang dari Thresia Raynor, seorang veteran Alaska Airlines selama 17 tahun. Dia terkejut melihat banyaknya rekannya yang menjadi tuna wisma.

“Setiap hari di tempat kerja, saya harus mengantar seorang gadis yang tidak memiliki mobil dan transportasi ke tempat tunawisma, atau mengantarnya ke mobil tempat tinggalnya, atau cukup sering berbagi makanan dengannya di tempat kerja karena dia tidak punya makanan dan tidak punya uang untuk makan,” kata Thresia.

Banyak mental pramugari terganggu

Sebuah studi tahun 2012 menemukan bahwa tingkat bunuh diri di kalangan pramugari lebih dari satu setengah kali lipat dari populasi umum. Hal penyebabnya karena kemiskinan.

“Tidak ada seminggu berlalu tanpa saya mendengar cerita memilukan lainnya dari seorang pramugari, dan itu dari setiap pangkalan,” kata Ken Diaz, presiden serikat pekerja United Association of Flight Attendants-CWA.

Dia mengaitkan kemiskinan di pesawat ini dengan gaji yang tidak sesuai dengan inflasi.

Liam Horgan, pramugari tahun pertama United Airlines yang tinggal bersama 20 awak kabin lainnya di Bay Area, mengatakan atasannya bahkan memberi instruksi kepadanya tentang cara mengajukan kupon makanan.

“Saya merasa agak memalukan bahwa keserakahan perusahaan telah sampai pada titik di mana manajemen di perusahaan-perusahaan ini memberi tahu karyawan baru, ‘Hei, kami tahu kami tidak membayar Anda dengan upah yang layak, jadi begini cara Anda mengajukan kesejahteraan,” katanya.

Jadi, tidak mengherankan jika banyak hal-hal yang mendekati kriminal dilakukan pramugari demi memenuhi kehidupan mereka. Bahkan ada yang menjadi penyeludup narkoba hingga menjual foto kakinya secara online.

Di media sosial, traveler mungkin sering juga melihat konten pramugari yang menceritakan keseharian penerbangan yang tidak lagi menyenangkan.

(sym/fem)

Membagikan
Exit mobile version