Jakarta –
Pencarian turis asal India yang hilang setelah jatuh dalam sinkhole yang muncul mendadak di Jalan Masjid India, Kuala Lumpur, Malaysia dihentikan. Pihak berwenang menganggap operasi penyelamatan terlalu berbahaya untuk dilanjutkan.
Sejauh ini, belum dapat dipastikan apa penyebab sinkhole sedalam 8 meter itu muncul. Sinkhole kedua juga muncul sekitar 50 meter dari sinkhole pertama. Seorang ahli geologi menyebut insiden semacam itu seringkali didorong faktor alam, terutama di daerah dengan batu kapur di bawahnya.
Ahli geologi Nusantara Academy of Strategic Research (NASR) Prof Dr Azmi Hassan mengatakan sinkhole di Masjid India mungkin disebabkan kombinasi geologi batu kapur, curah hujan tinggi, dan kedekatan dengan Sungai Klang.
“Sinkhole seperti ini, tak hanya di Malaysia tapi secara global sering kali terjadi akibat sebab alamiah, terutama di daerah dengan batu kapur di bawahnya, seperti di Masjid India dan sebagian besar KL,” katanya, dikutip detikINET dari Sinar Daily, Senin (2/9/2024).
Kedekatan Masjid India dengan Sungai Klang kemungkinan memperburuk situasi. “Kombinasi geologi batu kapur, curah hujan yang tinggi, dan kedekatan dengan sungai merupakan kontributor utama pembentukan sinkhole di Jalan Masjid India dan daerah sekitarnya,” katanya.
Pakar geologi lain mencemaskan insiden sinkhole semacam ini diperkirakan akan terus terjadi di masa mendatang terkait infrastruktur bawah tanah. Dr. Goh Thian Lai, presiden Society for Engineering Geology and Rock Mechanics Malaysia, memperingatkan untuk mewaspadai sistem drainase yang sudah tua.
“Masalah sinkhole, yang disebabkan faktor manusia, akan terus terjadi karena sistem drainase lama. Kemungkinan pipa-pipa tua ini pecah, bocor, dan diperparah oleh aktivitas penggalian terowongan dan faktor alam, membuat insiden tersebut semakin parah,” katanya.
Ia mendesak pihak berwenang melakukan investigasi menyeluruh terhadap infrastruktur dan sistem perpipaan untuk solusi jangka pendek dan jangka panjang. “Penilaian yang lebih rinci, termasuk evaluasi teknis, diperlukan karena informasi saat ini terutama didasarkan pada asumsi bahwa batuan di bawahnya adalah batu kapur,” katanya.
(fyk/fay)