Sabtu, Oktober 5

Jakarta

Mundurnya Direktur Jenderal Aptika Kominfo Semuel A Pangerapan akibat diserangnya Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 dianggap sebagai sikap yang jantan. Namun, pemerintah harus segera menunjuk penggantinya.

Hal ini diutarakan oleh Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha. Ia mengaku sering berada dalam satu forum dengan Semuel, dan menyebutnya sebagai sosok yang punya kompetensi dalam melaksanakan jabatannya.

“Kami juga mengapresiasi sikap jantan beliau yang berani mundur dari jabatan yang sedang dipangkunya selama 8 tahun sebagai bentuk tanggungjawab moral atas kejadian yang menurutnya seharusnya bisa ditangani dengan baik. Paska pengunduran dirinya, Semuel A. Pangerapan akan kembali menggeluti bisnis industri digital Indonesia meskipun tidak di instansi pemerintahan,” kata Pratama saat dihubungi detikINET.


Tapi kemudian Pratama juga mengingatkan bahwa posisi Dirjen Aptika itu adalah posisi yang strategis, dan pemerintah harus segera menunjuk penggantinya. Posisi ini menurutnya harus diisi oleh orang yang punya kompetensi keamanan siber.

“Mengingat posisi ini akan tetap bertugas sebagai pengampu teknis tidak hanya kepada PDNS namun juga kepada PDN yang memiliki skala lebih besar yang sedang dibangun di Cikarang,” tambahnya.

Dalam era digital yang semakin kompleks ini, kepemimpinan yang memiliki kompetensi tinggi sangatlah krusial karena tantangan dalam ruang siber semakin kompleks dan beragam sehingga memerlukan pemimpin yang memahami secara mendalam berbagai aspek keamanan siber termasuk ancaman yang berkembang, teknologi terbaru, dan regulasi terkait.

“Pemimpin yang berkompeten akan dapat memimpin tim dengan efisien serta mampu merespons dengan cepat dan tepat dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan merespons ancaman siber yang muncul dalam menghadapi ancaman siber yang terus berubah,” ujar Pratama.

“Namun seperti kita ketahui bahwa jabatan pimpinan di suatu lembaga pemerintahan merupakan sebuah jabatan politik sehingga seringkali diisi oleh pimpinan yang bukan dari internal lembaga tersebut namun diisi oleh orang dari luar yang tentu saja kompetensi nya akan sangat berbeda dibandingkan jika diisi oleh pemimpin yang merintis karirnya di institusi tersebut,” tambahnya.

Ia mengakui, seorang pemimpin tidak diharuskan mengerti secara mendalam soal hal teknis, karena merupakan posisi struktural dan manajerial. Namun akan menjadi nilai tambah jika memang dia mempunyai kompetensi di dalam bidang yang dipimpinnya.

“Namun jika memiliki kompetensi di dalam bidang yang dipimpinnya tentu akan dapat memberikan perspektif yang berbeda karena akan bisa lebih lugas menerima informasi dan menentukan sebuah keputusan karena pemimpin juga menguasai bidang tersebut dan tidak hanya membuat keputusan berdasarkan masukan dari staff ahli yang bertugas,” tutup Pratama.

(asj/asj)

Membagikan
Exit mobile version