
Jakarta –
Kimberly Ryder berbicara mengenai perjalanan emosionalnya saat proses cerai dengan mantan suaminya. Kim mengungkapkan betapa pentingnya dukungan keluarga dalam menjalani masa-masa sulit tersebut.
Kimberly mengaku sangat terbantu oleh keluarga, terutama orang tua dan saudara-saudara dekatnya.
“Semua pada turun tangan. Sangat supportif sekali, alhamdulillah,” ungkapnya dengan rasa syukur saat ditemui di Studio Trans TV, Jakarta Selatan, kemarin.
Lebih lanjut, Kimberly menyadari, tidak semua wanita beruntung seperti dirinya, yang mendapatkan dukungan penuh dari keluarga dalam situasi sulit. Ia menilai banyak wanita atau istri di luar sana yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga walaupun ada masalah rumah tangga.
“Ini privilege banget buat aku. Karena banyak cewek-cewek di luar sana yang ada di posisi aku, atau mungkin posisinya mereka lebih parah daripada aku. Tapi mereka tidak punya support system itu di belakang. Jadi di saat mereka mungkin pulang ke ibunya, ibunya malah suruh balik ke suaminya. Itu aku gak bisa bayangkan sih,” beber Kimberly.
Kimberly juga menambahkan betapa besar rasa sakit yang dirasakan seorang perempuan ketika disakiti oleh orang terdekatnya, termasuk suami.
“Kalau sebagai seorang ibu, anak gue digituin sama suaminya, ancurin tuh cowok. Ya gak sih? Kacau gitu loh. Lu (suami) seharusnya ngerangkul anak lu,” ungkapnya dengan tegas.
Tak hanya itu, Kimberly juga menerima banyak pesan dari pengikutnya di Instagram yang berbagi pengalaman serupa. Malah, ia menemukan cerita yang lebih parah.
“Karena ada yang nge-DM aku, Kak Kim, aku sebenarnya di posisi yang sama kayak Kak Kim. Tapi aku pas mau pulang ke ibuku, malah ditutup pintunya. Kayak, kamu gak boleh pulang, aku disuruh balik lagi ke suaminya. Bingung gitu loh. Tapi ya, makanya aku bersyukur banget, ini sebuah privilege banget kalau aku punya keluarga yang sangat suportif,” tutupnya.
Kimberly menyatakan betapa bersyukurnya ia atas dukungan yang diterimanya, yang menjadi pendorong utama dalam menghadapi cobaan berat tersebut. Ia berharap cerita dan pengalamannya bisa memberikan kekuatan kepada perempuan lain yang mungkin sedang menghadapi situasi serupa.
(fbr/nu2)