Minggu, Oktober 6


Jakarta

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo mendukung rencana pembuatan film nasional bertajuk ‘Sang Guru’. Film ini akan menceritakan kisah Syekh Nawawi Al-Bantani, salah satu imam dan pengajar di Masjidil Haram Makkah asal Banten.

Adapun ide pembuatan film ‘Sang Guru’ diketahui berasal dari Wakil Presiden RI K.H. Ma’ruf Amin. Hal ini pun dibahas Bamsoet dalam pertemuannya dengan putri Ma’ruf Amin, Siti Nur Azizah Ma’ruf pada Jumat (5/7).

“Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan salah satu ulama besar dan cendekia Indonesia asal Banten. Ketokohan beliau mendunia karena menjadi imam dan pengajar di Masjidil Haram Makkah. K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu murid Syekh Nawawi,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Sabtu (6/7/2024).


“Melalui film ‘Sang Guru’ diharapkan mampu memberikan inspirasi serta teladan kepada para generasi muda bangsa,” harapnya.

Bamsoet menjelaskan Syekh Nawawi lahir pada tahun 1813 di Kampung Tanara, Desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. Ia merupakan anak sulung dari tujuh saudara. Ayahnya seorang ulama di Banten bernama Syekh Umar bin Arabi Al-Bantani dan ibunya bernama Zubaedah.

Sejak kecil Syekh Nawawi menunjukkan bakat serta kecerdasan yang luar biasa dalam mempelajari ilmu agama. Selain belajar langsung kepada bapaknya, Syekh Nawawi juga menuntut ilmu kepada Haji Sahal dan Raden Haji Yusuf.

“Tidak puas belajar di Tanah Air, Syekh Nawawi memutuskan pergi ke Makkah untuk belajar agama Islam di Masjidil Haram. Selama tiga tahun di Makkah, Syekh Nawawi belajar kepada para ulama besar di Arab, di antaranya Sayyid Ahmad An-Nahrawi, Syekh Muhammad Khatib Al-Hanbali, Sayyid Ahmad Zaini, dan Sayyid Ahmad Ad-Dimyati,” papar Bamsoet.

Ia menambahkan saat Syekh Nawawi kembali ke Banten, dirinya marah melihat perlakuan penjajah Belanda terhadap masyarakat sekitar. Ia pun mengajak masyarakat untuk melawan Belanda melalui khotbah yang disampaikan.

Akibatnya, penjajah Belanda pun mengawasi ketat setiap pergerakan Syekh Nawawi. Hal ini membuat Syekh Nawawi kembali ke Makkah dan tetap memimpin pergerakan dari sana.

“Ilmu agama yang diperoleh Syekh Nawawi terus meningkat setelah kembali ke Makkah. Beliau kemudian dipercaya sebagai pengajar dan imam di Masjidil Haram. Syekh Nawawi disegani oleh para ulama dan para penuntut ilmu agama Islam dari penjuru dunia,” tuturnya.

Bamsoet mengatakan semasa hidup Syekh Nawawi sangat produktif menulis kitab. Jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fikih, tafsir, tauhid, tasawuf, dan hadis. Salah satu karya terkenalnya adalah kitab tafsir Al-Kashif yang merupakan tafsir Al-Qur’an dan dinilai sebagai salah satu karya penting dalam bidang tafsir.

“Syekh Nawawi wafat di Mekah pada tahun 1897 dan dimakamkan di Jannatul Mu’alla, Makkah. Bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, Asma΄ binti Abu Bakar al-Siddîq,” pungkas Bamsoet.

Simak juga ‘Saat Seusai Bertemu Bamsoet, Zulhas Tegaskan Presiden Harus Dipilih Rakyat’:

[Gambas:Video 20detik]

(prf/ega)

Membagikan
Exit mobile version