
Jakarta –
Aksi heroik seorang nelayan Indonesia, Sugianto, yang menyelamatkan warga desa di Gyeongbuk saat kebakaran hutan, mendapat apresiasi tinggi dari pemerintah Korea Selatan. Kementerian Kehakiman Korea Selatan bahkan mempertimbangkan untuk memberikan visa jangka panjang kepadanya.
Dikutip dari All Kpop, Kamis (3/4/2025), Sugianto (31) dibanjiri pujian dari warga Korsel. Dia menyelamatkan penduduk desa saat terjadi insiden kebakaran hutan di desa nelayan Desa Chuksan-myeon, yang berada di Kabupaten Yeongdeok, Provinsi Gyeongsang Utara pada 25 Maret.
Atas aksi heoriknya itu, Sugianto dipertimbangkan untuk diberi status penduduk tetap jangka panjang (F-2). Berdasarkan Undang-Undang Pengawasan Imigrasi, Menteri Kehakiman Korsel bisa mengizinkan Visa F-2 kepada individu yang berkontribusi signifikan bagi Korea Selatan atau telah memajukan kepentingan publik.
Para pemegang Visa F-2 bisa tinggal lebih dari 90 hari. Visa itu biasanya diberikan pada warga negara asing yang menikah dengan warga Korea Selatan atau mereka yang telah berinvestasi lebih dari USD 500.000 dalam suatu bisnis, dan telah tinggal di Korea Selatan selama lebih dari tiga tahun.
Persyaratan untuk memperoleh visa itu ketat. Diperkirakan, keputusan mengenai pemberian Visa F-2 ini akan keluar dalam waktu 1-2 minggu.
Baca Juga: Aksi Heroik Nelayan Indonesia Selamatkan Puluhan Lansia dari Kebakaran Hutan Korsel
Aksi Heroik Sugianto
Sugianto menjadi pahlawan karena mengevakuasi warga di Desa Chuksan-myeon, Korea Selatan yang dilanda kebakaran hutan pekan lalu. Tepatnya, pada 25 Maret sekitar pukul 23.00.
Saat kobaran api menjalar masuk ke desa, Sugianto bersama dengan kepala desa, Yoo Myung Shin, berteriak mengingatkan dan memandu warga desa untuk evakuasi. Tetapi, tampaknya warga sudah terlelap. Selain itu, disebut-sebut tidak ada peringatan dini akan kebakaran itu.
Sugianto dan Yoo berlari dari rumah ke rumah membangunkan warga yang masih tertidur. Mereka meminta warga untuk menyelamatkan diri. Tidak hanya itu, mereka juga menggendong warga lanjut usia berlari sekitar 300 meter ke titik aman.
Desa itu terletak di lereng pantai, membuat para lansia kesulitan untuk melarikan diri dengan cepat.
(fem/fem)