Sragen –
Museum Manusia Purba Sangiran menggelar acara Sangiran Edubike 2024. Di acara ini, traveler diajak menggowes sepeda sambil rekreasi dan belajar tentang sejarah.
Masyarakat diajak untuk menikmati Pasar Rakyat UMKM di Museum Sangiran, dilanjutkan dengan menjelajahi kawasan Sangiran dengan bersepeda bersama, dan menghadiri Panggung Rakyat yang menampilkan kesenian dari desa Dayu dan sekitarnya.
Kegiatan Sangiran Edubike 2024 diselenggarakan di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu. Dengan menggabungkan rekreasi dan edukasi, acara ini dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat, terutama generasi muda untuk lebih memahami dan menghargai warisan budaya serta sejarah.
Zamrud Setya Negara, Ketua Tim Museum dan Galeri IHA, menyatakan Sangiran Edubike 2024 adalah bagian dari penerapan konsep Reimajinasi Museum, khususnya untuk pilar Reprogramming.
“Kami ingin memberikan pengalaman baru bagi pengunjung, khususnya generasi muda, melalui kegiatan yang menggabungkan edukasi, rekreasi, dan olahraga. Kami yakin, melalui program seperti ini, museum akan menjadi tempat yang lebih hidup, menginspirasi, dan relevan dengan masyarakat modern,” ungkap Zamrud dalam keterangan resminya, Rabu (6/11/2024).
Rangkaian kegiatan Sangiran Edubike 2024 dimulai dengan kegiatan Pasar Rakyat UMKM di halaman Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu.
Selain itu, terdapat panggung hiburan yang dimeriahkan oleh talenta-talenta lokal seperti Kelompok Penampil Kesenian Warga Dayu dan Penampil Kesenian Pelajar dan juga tamu yang populer di kalangan masyarakat.
Puncak acara Sangiran Edubike berlangsung pada 3 November 2024. Para peserta akan menggowes sepeda menempuh jarak sekitar 17 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.
Sangiran Edu Bike 2024 Foto: (dok. IHA)
|
Mereka akan bersepeda melintasi situs-situs penting seperti Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu, Terminal Sangiran, Museum Klaster Ngebung, hingga Museum Klaster Bukuran.
Selain bersepeda, pengunjung juga dapat menikmati Panggung Rakyat yang menampilkan kesenian tradisional seperti Tari Purba Dayu, Fonaba (Forum Anak Hebat), Gejog Lesung hingga pertunjukan musik yang melibatkan seniman lokal.
Diharapkan, kegiatan ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tetapi juga pengunjung dari luar daerah yang ingin mengenal lebih dekat kekayaan warisan budaya Indonesia.
Duwiningsih, Penanggung Jawab Museum Sangiran Klaster Dayu, mengatakan dengan kegiatan ini, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian situs bersejarah semakin meningkat.
“Melalui Sangiran Edubike, kami ingin mengedukasi sekaligus mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pelestarian warisan budaya. Bersepeda sambil belajar tentang sejarah manusia purba merupakan cara yang menyenangkan dan menyehatkan untuk menyatukan olahraga dengan pengetahuan,” ucap dia.
|
Museum Manusia Purba Sangiran memiliki 5 klaster museum manusia purba, di antaranya adalah Klaster Krikilan, Ngebung, Bukuran, Manyarejo dan Dayu. Setiap klaster menyajikan bagian perjalanan evolusi manusia purba di Nusantara.
Sebagai situs bersejarah dengan nilai ilmiah yang tinggi, Museum Manusia Purba Sangiran memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata edukatif bagi generasi muda.
(wsw/wsw)