Sabtu, Februari 1

Jakarta

Ring of Fire atau Cincin Api Samudra Pasifik adalah sebutan untuk area paling aktif secara vulkanik di Bumi. Bagian dari cincin itu membelah Pasifik Barat Laut melalui Pegunungan Cascade, dan di sinilah salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dapat ditemukan, Axial Seamount (Gunung Laut Aksial).

Para ilmuwan memperkirakan, puncak bawah laut yang terletak sekitar 482 km dari pantai Oregon ini akan meletus sebelum 2025 berakhir.

Beberapa gunung berapi di wilayah perairan tersebut dapat bertahan selama berabad-abad (bahkan ribuan tahun) tanpa meletus, tetapi frekuensi Gunung Laut Aksial dapat diukur hanya dalam hitungan tahun.


Faktanya, gunung berapi tersebut sangat aktif sehingga menjadi lokasi observatorium gunung berapi bawah laut pertama di dunia, salah satunya oleh New Millennium Observatory (NEMO) yang memantau perubahan yang sedang berlangsung di kaldera puncak.

Meskipun dipantau dengan cermat sejak 1997, gunung berapi tersebut telah mengalami letusan pada 1998, 2011, 2015, dan tampaknya 2025 akan menjadi tahun ia meletus lagi.

Axial Seamount berbeda dari gunung berapi lain di wilayah Northwest, baik dari segi frekuensi maupun tingkat keparahannya. Dikutip dari Science Alert, struktur perisai puncaknya terbentuk dari lava tipis, yang berarti bahwa setiap letusan kemungkinan akan mengeluarkan magma dan membentuk dasar laut baru. Hal ini membuat ancaman tsunami yang mungkin terjadi sangat rendah.

Gunung Laut Aksial juga bukan bagian dari Zona Subduksi Cascadia, yang merupakan area berbahaya yang menurut para ahli akan terjadi gempa Bumi yang dijuluki ‘The Big One’. Sebaliknya, gunung ini berada di punggung bukit Juan de Fuca lebih jauh ke barat, dan letusannya yang akan terjadi kemungkinan tidak akan berdampak pada aktivitas seismik zona subduksi di sepanjang pantai Oregon.

Para ilmuwan di Oregon State University (OSU) dan University of North Carolina di Wilmington telah secara aktif mempelajari bagaimana magma bergerak dalam sistem Axial menggunakan perekam tekanan dasar. Setiap dua tahun, para ilmuwan mengeluarkan perekam tekanan dasar ini, mengumpulkan perekam lama, dan menganalisis datanya. Bill Chadwick dari OSU kemudian menggunakan data tersebut untuk mencoba memperkirakan kapan Axial Seamount akan meletus lagi.

Pada musim panas 2024, Chadwick melaporkan bahwa laju inflasi di Axial Seamount terus meningkat. Pembaruan pada Oktober 2024 melaporkan bahwa laju inflasi, serta aktivitas seismik di sekitarnya, telah stabil.

“Letusan tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tetapi tidak akan terjadi selamanya,” simpul Chadwick. Ia menyatakan bahwa letusan di Axial Seamount antara sekarang dan akhir 2025 tidak dapat dihindari.

Para ilmuwan berharap bahwa dengan terus memantau Axial Seamount, mereka dapat mempelajari lebih banyak tentang gunung berapi lainnya di seluruh dunia. Untungnya, gunung berapi paling aktif di Pacific Northwest menyediakan laboratorium ilmiah yang sempurna.

(rns/rns)

Membagikan
Exit mobile version