Jakarta –
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani menyampaikan hasil kunjungan kerja ke China. Sejumlah perusahaan China telah menyampaikan komitmen investasi, salah satunya produsen mobil listrik BYD.
Rosan pun telah melaporkan komitmen investasi itu kepada Presiden Prabowo Subianto, di Istana Kepresidenan, Kamis (2/1/2025)
Rosan mendorong BYD segera merealisasikan investasi di Indonesia. Menurutnya, BYD sudah membeli tanah di Subang, Jawa Barat dan tinggal membangun pabriknya.
“Kita juga mendorong investasi yang masuk ke Indonesia ini untuk segera memulai investasinya, seperti BYD, yang sudah membeli tanah di daerah Subang. Diharapkan investasi untuk manufacturing-nya akan dimulai pada awal tahun depan,” ungkap Rosan di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (2/1/2025).
Dalam pemberitaan detikcom pada Desember 2024 yang lalu, BYD diketahui telah menandatangani dengan PT Suryacipta Swadaya selaku developer Kawasan Industri Subang Smartpolitan. Fasilitas produksi mobil listrik BYD ini akan dibangun di area Fase 2 Subang Smartpolitan, khususnya di bagian utara kawasan tersebut.
Hingga saat ini, pembangunan pabrik berjalan sesuai dengan rencana. Bila tak molor dari jadwal, pembangunan pabrik rampung akhir tahun 2025. Dengan demikian, proses produksi kemungkinan baru mulai tahun 2026.
Komitmen Investasi Rp 119 Triliun dari China
Sementara itu, untuk komitmen investasi dari China jumlahnya mencapai US$ 7,4 miliar atau sekitar Rp 119,14 triliun (kurs Rp 16.100). Total ada 4 perusahaan yang menyampaikan komitmennya menyuntik dana ke Indonesia.
“Saya tadi juga melaporkan hasil kunjungan saya ke China selama 4-5 hari kemarin, yang dimana dari tujuan ke China kita mendapatkan komitmen investasi sebesar US$ 7,46 miliar dari 4 perusahaan,” terang Rosan.
Rosan enggan bicara perusahaan apa saja yang menyatakan komitmen investasi. Cuma yang jelas 4 perusahaan tersebut akan masuk ke dalam sektor produksi fiberglass, PET resin, panel surya, dan juga perikanan.
Khusus untuk investasi perikanan, dia merinci sedikit investasi tersebut akan membangun sistem terintegrasi perikanan di Maluku dan Papua.
“Yang perikanan untuk membangun sistem terintegrasi untuk perikanan di daerah Maluku dan Papua dari perusahaan China yang melakukan joint venture juga dengan perusahaan di Indonesia,” terang Rosan.
(hal/hns)