Sabtu, Oktober 5

Jakarta

Geoengineering adalah upaya untuk menurunkan suhu panas yang tinggi. Namun, ilmuwan mengatakan bahwa dampak dari upaya tersebut dapat menyebabkan kenaikan suhu yang mengkhawatirkan.

Para ahli memperingatkan, bahwa upaya geoengineering untuk membantu mendinginkan suhu di California dapat memicu gelombang panas di Eropa. Itu tentunya adalah dampak yang menakutkan, mengingat minimnya regulasi yang mengendalikan tindakan tersebut di seluruh dunia.

Dilansir detikINET dari The Guardian, Kamis (4/7/2024) para ilmuwan telah menyarankan untuk menyemprotkan aerosol ke dalam awan di atas lautan guna mendinginkan permukaan di bawahnya. Aktivitas itu disebut sebagai ‘marine cloud brightening’ atau pencerahan awan laut.


Sesuai dengan namanya, tujuannya adalah untuk membuat awan menjadi lebih cerah. Hal itu dilakukan supaya awan dapat memantulkan lebih banyak radiasi Matahari kembali ke angkasa.

Bulan lalu, di tengah kritik dari para pencinta lingkungan, tim peneliti dari University of Washington menyemprotkan partikel garam laut di Teluk San Francisco, namun dihentikan oleh pejabat kota karena masalah kesehatan. Studi terbaru di Nature Climate Change menunjukkan praktik ini bisa mengurangi paparan panas sekarang, tapi berpotensi meningkatkan tekanan panas di masa mendatang.

Dengan kata lain, walau upaya itu berhasil untuk saat ini, akan tetapi jika melihat kondisi yang semakin memburuk, perhitungan tersebut dapat berbalik pada tahun 2050, menyoroti dampak dan potensi risiko dari geoengineering.

“Ini menunjukkan bahwa pencerahan awan laut bisa sangat efektif untuk Pantai Barat AS jika dilakukan sekarang, tetapi mungkin tidak efektif di sana di masa depan dan dapat menyebabkan gelombang panas di Eropa,” kata ketua tim dan ahli kelautan UC San Diego, Jessica Wan.

Tim meneliti model komputer iklim pada 2010 dan 2050 dan menemukan bahwa geoengineering di Pasifik timur laut dan dekat Alaska dapat memperburuk situasi iklim global. Meskipun bisa mengurangi panas hingga 55% di Alaska saat ini, efeknya akan menurun pada 2050, dan di California, geoengineering malah bisa meningkatkan suhu di belahan dunia lainnya.

Ini terjadi karena Sirkulasi Arus Balik Meridional Atlantik (Atlantic Meridional Overturning Circulation atau AMOC), arus yang mengedarkan air di Atlantik dan mempengaruhi cuaca, dapat melambat. Para peneliti berharap dapat menyoroti kurangnya regulasi internasional untuk mengendalikan upaya geoengineering.

“Benar-benar tidak ada regulasi geoengineering tenaga surya saat ini. Hal ini sangat menakutkan. Ilmu pengetahuan dan sebuah kebijakan harus dikembangkan bersama-sama,” jelas Wan.

*Artikel ini ditulis oleh Mohammad Frizki Pratama, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(fay/fay)

Membagikan
Exit mobile version