Selasa, Juni 25


Trenggalek

Trenggalek punya upacara adat yang diikuti ribuan nelayan dan masyarakat pesisir. Tahun ini acara digelar tetap meriah di tengah keprihatinan.

Ribuan nelayan dan masyarakat pesisir selatan Kecamatan Watulimo tumpah ruah di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Trenggalek untuk mengikuti rangkaian upacara adat Larung Sembonyo. Upacara ini menjadi bagian dari wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Rangkaian kegiatan Larung Sembonyo diawali dengan kirab tumpeng agung dan aneka hasil bumi dari kantor kecamatan menuju PPN Prigi, di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo.


Sampai di pelabuhan, prosesi dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat, serta dilanjutkan dengan kegiatan seremonial. Puncaknya, saat tengah hari, tumpeng agung dan aneka sesaji lainnya dilarung ke tengah laut.

Puluhan kapal nelayan yang beroperasi di PPN Prigi turut mengantarkan pelepasan tumpeng tersebut.

Salah satu tokoh pesisir Kecamatan Watulimo Suparlan mengatakan upacara labuh laut tersebut merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang diberikan selama satu tahun terakhir, berupa hasil tangkapan ikan yang melimpah.

“Harapannya ke depan hasil tangkapan semakin banyak dan para nelayan diberikan keselamatan,” kata Suparlan, Selasa (21/5/2024).

Selain itu, larung Sembonyo juga sebagai bentuk penghormatan terhadap tokoh pendahulu yang telah membuka kawasan Prigi, sehingga menjadi permukiman yang ramai seperti sekarang ini.

“Ini berawal dari cerita adat, perjuangan Tumenggung Yudonegoro yang berhasil membuka daerah Pacitan, Sumbreng dan Prigi ini. Konon saat itu syaratnya adalah pernikahan dengan putri tengahan. Kemudian perkawinannya dilakukan di bulan Sela dalam penanggalan Jawa,” jelasnya.

Perayaan itulah yang kemudian diperingati setiap tahun oleh masyarakat nelayan di pesisir Teluk Prigi dengan menggelar labuh laut atau Larung Sembonyo.

Dalam persyaratan Sembonyo, nelayan setempat dilarang mengistirahatkan laut selama empat hari dengan tidak melakukan aktivitas penangkapan ikan.

Sementara itu, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan, Larung Sembonyo kali ini menjadi salah satu momen keprihatinan bagi masyarakat nelayan. Sebab, selain hasil tangkapan yang melimpah, terdapat sejumlah kejadian kecelakaan laut yang merenggut nyawa belasan nelayan Prigi.

“Bahkan ada delapan nelayan yang jasadnya tidak ditemukan. Makanya kami mengajak para nelayan untuk mendoakan para korban kecelakaan laut yang telah mendahului kita. Semoga ke depan tidak ada lagi kecelakaan serupa,” kata M Nur Arifin.

Dijelaskan, rentetan peristiwa kecelakaan yang menimpa nelayan menjadi salah satu bukti nyata adanya perubahan iklim di dunia. Sehingga, cuaca ekstrem sering terjadi di laut.

“Kami berpesan, mari kita jaga laut kita, kita jaga kehormatan laut kita, jangan mengotori laut, jangan buang sampah sembarangan dan jangan melakukan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan,” ujarnya.

Bupati berharap, seluruh nelayan meningkatkan kesadaran untuk menjaga keselamatan saat melaut. Pihaknya tidak ingin perjuangan menjadi nafkah justru berujung celaka.

“Tadi kami juga menginformasikan sekaligus meminta izin kepada masyarakat karena tanggal 7 sampai 8 Juni nanti akan ada event besar pemilihan putri otonomi daerah, HUT Apkasi serta workshop smart mobility dewan liberal dan demokrat Asia yang dihadiri oleh delegasi negara Asia Pasifik,” jelasnya.

____________________________

Artikel ini telah tayang di detikJatim

Simak Video “Kemeriahan Upacara Adat Larung Sembonyo di Trenggalek
[Gambas:Video 20detik]
(wkn/wkn)

Membagikan
Exit mobile version