Jakarta –
Kamera compact dengan lensa yang bisa zoom sangat jauh biasanya di Indonesia disebut kamera prosumer, kalau di luar negeri disebut bridge camera, atau kadang-kadang disebut kamera superzoom karena lensanya bisa zoom dari lebar sampai tele/jauh sekali.
Belasan tahun yang lalu, kamera compact sejenis ini sangat populer bagi penggemar fotografi terutama untuk traveling. Tapi beberapa tahun belakangan ini, kamera seperti ini sudah jarang diperbaharui, namun tahun 2024 yang baru lalu, Panasonic merilis kamera prosumer baru yaitu Lumix FZ80D.
Kamera Panasonic Lumix FZ80D. Foto: Dok. Enche Tjin
|
Panasonic Lumix FZ80D ini punya lensa yang bisa zoom sampai 60x, dari ultra lebar ekuivalen 20mm sampai 1200mm. Jarak fokal ini lebih lebar dari lensa wide pada umumnya, dan jauh sekali zoomnya.
Body kameranya cukup compact, dan beratnya hanya 640 gram saja, beratnya sudah komplit dengan baterai, memory card, siap untuk foto atau video. Harganya cukup terjangkau yaitu dibawah Rp 7 juta.
Lalu apa kelemahan atau keterbatasannya? Yang pasti kamera semacam ini tidak bisa ganti lensa, kedua, image sensor kamera ini kecil, type 1/2.3 inch dengan aspek rasio empat banding tiga, dan resolusinya 18MP.
Bukaan lensanya dari f/2.8 sampai f/5.9. Di 20mm, bukaan maksimalnya f/2.8, di 50mm f/3.9, di 135mm f/5.3, di 200-1000 f/5.6 lumayan karena tidak berubah banyak, dan di 1200mm f/5.9.
Bukaan lensa relatif kecil saat di zoom 60X, jadi boleh disimpulkan kamera ini akan baik-baik saja di kondisi terang tapi akan sulit di kondisi gelap seperti di dalam ruangan atau di malam hari. Kecuali jika kita menggunakan alat bantu seperti flash atau tripod.
Pertama kali mencoba, fitur kamera yang saya rasa sangat berguna adalah lensanya punya power optical stabilization sehingga membantu untuk komposisi dan untuk mendapatkan foto yang terang, kedua adalah jendela bidik dan layar LCD-nya sudah tinggi ketajamannya, masing 2 juta dan 1.8 juta titik. Untuk kestabilan maksimal, dalam memotret saya menggunakan jendela bidik.
|
Saat menggunakan jendela bidik, hidung saya yang agak besar, kadang-kadang menyentuh layar yang sudah touchscreen, membuat area fokus pindah, untungnya layar sentuh dapat dimatikan via menu. Layarnya tidak bisa diputar atau tekuk tapi kualitasnya dan resolusinya tinggi, gambar terlihat tajam dan warnanya akurat.
FZ80D bisa merekam video 4K 30p atau full hd 60p, kualitas yang lumayan baik untuk kamera compact semacam ini. Ada pilihan slow motion juga tapi resolusinya HD. Yang paling menarik tetap adalah lensanya, yang memungkinkan untuk syuting subjek yang jauh sekali, seperti video olahraga, satwa dan lain-lainnya.
|
Kita bisa melakukan zoom saat merekam video, tapi terasa agak jerky atau kurang mulus saat zoom pakai tuas, pergerakan lensa sedikit mendingan dengan layar sentuh, tapi terbaiknya saat kamera berada di atas tripod.
Lensa ini punya POWER OIS. Stabilization yang sangat membantu saat memotret di jarak fokal telefoto. Sayangnya di bodi-nya tidak ada stabilization. Saat merekam video, kita bisa aktifkan digital stabilization di body, yang mana akan ada crop sedikit. 20mm jadi 28mm atau sekitar 1.4x crop.
|
Kualitas videonya sekualitas handycam bukan kamera mirrorless atau cinema, itu wajar karena ukuran dan harga kamera ini berbeda jauh dengan kamera dan lensa sinema profesional, tapi untuk membuat konten untuk sosial media, dokumentasi casual dan keluarga, menurut ini sudah mencukupi.
Yang saya sayangkan, FZ80D ini tidak memiliki mic jack dan wireless connection untuk transfer konten ke ponsel. Jadi teman-teman perlu external recorder jika ingin merekam kualitas suara yang lebih baik dari built-in mic.
Untuk fotografinya ada pilihan format RAW dan JPG. Untuk JPG-nya kita bisa pilih karakternya di Photo Style. Nanti akan muncul profile yang familiar seperti standard, natural dan sebagainya.
Kualitas gambar FZ80D setara dengan sebagian besar kamera compact dan ponsel pada umumnya. Kamera ini perlu cahaya yang cukup banyak untuk hasil yang optimal. Di kondisi malam/gelap, saat menggunakan ISO di atas 400, noise akan terlihat sangat banyak.
Rentang ISO-nya mulai dari 80 sampai 3200 saja. Jika ingin hasil yang oke untuk pemandangan malam hari, kita bisa gunakan tripod dan set ISO ke 80.
|
|
|
|
Yang bagus dari FZ80D adalah kualitas gambar saat kita zoom ke 60x masih bagus karena zoomnya menggunakan lensa/optik, bukan digital zoom/cropping yang membuat detail foto pecah dan tidak jelas.
|
|
|
|
Karena lensanya yang sangat panjang, saat kita zoom ke bagian tele, kita bisa membuat latar belakang blur, lensanya ini juga bisa fokus dekat atau macro. Oke buat foto-foto detail seperti foto bunga.
Kalau kita lihat sistem menunya, Lumix FZ80D pada dasarnya mirip dengan kamera compact Panasonic Lumix pada umumnya. Desain antarmuka-nya sudah terasa cukup jadul dibandingkan menu kamera Lumix masa kini, tapi font-nya besar, gampang terbaca dan to the point. Juga ada quick menu untuk ganti fungsi-fungsi yang sering diubah.
|
Dibandingkan dengan kamera generasi sebelumnya, Lumix meningkatkan kualitas layar dan micro usb ke USB-C. Pengguna bisa charge pakai power bank soalnya baterainya cukup kecil kapasitasnya 800 mah, cukup untuk 200-300 foto saja.
|
|
Tidak banyak perusahaan yang membuat kamera prosumer belakangan ini, jadi saya bersyukur Lumix masih semangat memperbaharui kamera prosumer ini supaya bisa lebih up to date. Meskipun zoomnya bisa sampai 60X tapi bobotnya tetap ringan dan harga kameranya masih relatif terjangkau.
Menurut saya kamera Lumix FZ80D paling cocok untuk mendokumentasi kegiatan keluarga atau traveling. Bagi yang butuh mengambil video clip atau foto dari jarak dekat dan terutama jarak jauh, kamera ini praktis dan menyenangkan untuk dipakai.
|
|
|
(jsn/jsn)