
Jakarta –
Ponsel terbaik atau smartphone flagship Samsung kembali hadir di Indonesia, Samsung Galazxy S25 Ultra. Desain ponsel ini sangat familiar, karena dari Samsung Galaxy S25, layoutnya kurang lebih sama, bentuknya datar dengan lensa-lensa yang menonjol di bagian kiri atas.
Review Kamera Samsung Galaxy S25 Ultra. Foto: Dok. Enche Tjin
|
Sedikit berbeda dari Galaxy S24, bodi Samsung Galaxy S25 Ultra lebih kotak, hanya di bagian ujung sedikit melengkung. Ponselnya terasa kokoh karena framenya dari logam, dan layarnya besar, 6.9 inci dengan bezel yang sangat tipis.
|
Processornya sekarang Snapdragon 8 Elite, yang dikustomisasi khusus untuk mendukung berbagai fungsi AI, seperti fungsi transcribe telpon, audio eraser yang bisa menghilangkan suara bising saat merekam video, writing assist dan fungsi-fungsi untuk personalisasi, misalnya now brief yang bisa memberikan informasi tentang cuaca, pengingat dan sebagainya.
|
Yang mungkin bakal banyak dipakai oleh penggemar fotografi adalah untuk menghilangkan dan memunculkan sesuatu, terutama di latar belakang. Caranya cukup mudah, tinggal sentuh atau lingkari saja bagian yang ingin dihilangkan, ponsel ini akan otomatis menyeleksi objek tersebut, kadang pas, kadang agak berlebih, dan kemudian tap generative.
Nanti ponsel akan mengisi bagian yang dihapus tersebut. Kualitas generative AI di S25 Ultra makin bagus, tapi sayangnya fitur generative AI ini membutuhkan koneksi internet untuk memprosesnya.
|
Dari seri Ultra 22, Samsung memang sudah terkenal di kameranya, selain itu, Samsung bisa bikin image sensor sendiri, salah satunya 200MP bertipe 1/1.3″. Untuk lensa telenya ada dua, yang pertama ekuivalen 65mm dengan image sensor 100MP, lensa periscope telephoto ~111mm dengan image sensor 1/2.52″ berbukaan f/3.4 dan ultra wide 50mm megapixel f/1.9.
Sekilas, tidak ada perubahan yang berarti dari seri sebelumnya, hanya modul ultrawide yang meningkat. Terus terang saya agak heran Samsung tidak menggunakan modul lensa tele dengan image sensor Samsung HP9, sensor 200MP dengan ukuran yang relatif besar 1/1.4″ yang lebih tajam dan detail.
Bagi fotografer profesional, ada fungsi Expert RAW. Untuk akses ini, kita perlu ke more, dan download app-nya dulu. Modul pemotretan RAW memang berbeda dari app kamera Samsung biasa. Di modul Expert RAW, kita bisa mengubah berbagai setting seperti shutter speed, ISO, kompensasi eksposur dan white balance.
|
Kita juga bisa ubah lensa apa yang dipakai. Disini istilah lensanya agak lain dari mode kamera yaitu UW (singkatan dari ultrawide, wide, telefoto dan super telefoto. Istilah2 yang lebih dikenal fotografer yang berpengalaman. Lebih jauh lagi ada mode untuk mengaktifkan filter ND, memotret astrophotography dan multiple exposure.
Yang paling penting dan sesuai dengan nama app-nya. Expert RAW berarti kita bisa mengambil foto dalam format RAW. filenya DNG/digital negative dan saya langsung bisa utak utik di Adobe Lightroom. Yang saya agak heran adalah waktu memotret dengan expert RAW ada sedikit jeda/lag, yang kadang bisa bikin ketinggalan momen.
Tapi untuk foto subjek gak bergerak seperti pemandangan aman-aman saja. saya menduga banyak fotografer kreatif akan senang mengutak utak expert RAW ini untuk hasil yang lebih optimal. Misalnya memotret di malam hari dengan ISO rendah untuk detail yang lebih baik dan noise lebih rendah. Selain itu bisa digunakan untuk olah warna dan tonal yang bervariasi dan kualitasnya maksimal saat post processing.
|
Kualitas gambar dari Samsung Galaxy S25 Ultra ini sangat tergantung dari modul kamera-kameranya. Yang terbaik adalah kamera utama di 1x zoom. Yang kedua yang ultrawide nya yang sudah ditingkatkan dari S24. Sedangkan dua modul yang telefoto kurang lebih sama
Kesan saya hasil fotonya secara umum terlihat tajam, dan warnanya alami. Tidak terlalu kuat saturasinya. Kalau berhadapan dengan kondisi kontras, software kamera otomatis menggelapkan bagian yang terang seperti langit supaya terlihat tekstur awannya.
Foto di kondisi gelap juga tidak masalah, di kondisi kontras tinggi, kamera masih bisa menyeimbangkan bagian yang terang dan gelap dengan baik, kecuali yang sangat extreme perbedaannya, seperti foto lampu yang terang di kondisi lingkungan yang gelap.
|
|
Untuk foto portrait dengan lensa telefoto dan bokehnya, saya lihat masih baik, tapi kalau ditanya apakah hasil foto ini bisa menggantikan kamera mirrorless/DSLR jawabannya belum. Tapi untuk sehari-hari mestinya sudah sangat oke.
|
|
Yang paling saya rasa kurang menurut saya adalah telefoto 3X-nya. Lensa ini sebenarnya praktis digunakan terutama untuk foto portrait, tapi kalau di kondisi kurang cahaya, hasilnya jadi kurang mulus. Kalau di kondisi yang cahayanya cukup, hasilnya lumayan terutama di mode portrait dimana kita bisa atur tingkat blur/bokeh latar belakangnya.
Hasil kamera selfienya terlihat cukup baik, lensanya cukup lebar untuk dua orang, hanya saja resolusinya tetap di 12MP.
|
Jika dibandingkan, peningkatan kamera Samsung tidak secepat kamera-kamera di flagship ponsel lainnya. Saya menduga ini supaya bisa mempertahankan bentuk dan desain dari ponsel Samsung supaya tidak terlalu berat dan menonjol.
|
Kedua adalah Samsung lebih memprioritaskan ponsel sebagai alat produktivitas dan organizer, Oleh sebab itu, lebih memprioritaskan dalam softwarenya seperti One UI, dan Galaxy AI yang fungsi-fungsinya semakin berkembang.
Tidak heran yang banyak memilih Samsung biasanya profesional yang sibuk dan telah dimanjakan oleh software Samsung yang sudah menyerupai asisten pribadi. Samsung Galaxy S25 Ultra sudah hadir secara resmi di Indonesia dengan harga Rp 24.999.000.
(jsn/jsn)