Senin, Oktober 28


Jakarta

Retreat Kabinet Merah Putih di Magelang bisa jadi inspirasi baru untuk membuat paket wisata retreat di masa depan. Mungkinkah akan jadi kenyataan?

Kegiatan Retreat Kabinet Merah Putih yang baru saja berlangsung tidak hanya menjadi momen penting untuk konsolidasi antarpejabat pemerintahan, tetapi juga menyuguhkan konsep yang menarik untuk diadopsi sebagai model pengembangan paket wisata masa depan.

Melalui pendekatan ini, sektor pariwisata Indonesia dapat menghadirkan pengalaman wisata yang memadukan kegiatan produktif dengan elemen rekreatif, sebuah inovasi yang bisa menarik segmen pasar wisatawan domestik maupun internasional. Selain itu, paket wisata retreat memiliki potensi besar dalam memberikan multiplier effect ekonomi yang luas.


1. Mengintegrasikan Konsep Produktivitas dan Rekreasi

Kegiatan retreat, seperti yang dilakukan oleh Kabinet Merah Putih, menunjukkan bahwa agenda serius dan produktif dapat dipadukan dengan suasana santai dan menyenangkan di lokasi wisata.

Hal ini memberikan peluang bagi para pelaku industri pariwisata untuk mengembangkan paket wisata dengan konsep serupa, yaitu paket retreat korporat atau bahkan retreat keluarga yang menyatukan kegiatan produktif seperti workshop, pelatihan, atau rapat dengan kesempatan untuk beristirahat dan menikmati alam sekitar.

Menurut data dari World Travel & Tourism Council (WTTC), sektor pariwisata menyumbang 4,6% terhadap PDB Indonesia pada tahun 2023, dengan kontribusi sebesar USD 52 miliar.

Pengembangan paket wisata retreat yang menggabungkan produktivitas dan rekreasi dapat memperluas pasar, termasuk wisatawan korporat, yang diperkirakan akan tumbuh hingga 15% dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini menunjukkan potensi peningkatan kontribusi terhadap PDB dan peningkatan pengeluaran wisatawan rata-rata selama perjalanan.

2. Destinasi Wisata Sebagai Pusat Inovasi

Model retreat Kabinet Merah Putih juga memperlihatkan bagaimana suatu destinasi wisata dapat berfungsi sebagai pusat inovasi. Konsep ini bisa diadaptasi oleh para pengelola destinasi untuk menghadirkan ruang-ruang kreatif yang memungkinkan para tamu untuk bekerja, berkumpul, dan berkolaborasi.

Dengan menawarkan fasilitas seperti co-working space di tengah alam, hotel atau resort di daerah-daerah wisata bisa menjadi pilihan utama bagi para profesional yang ingin bekerja sambil menikmati suasana liburan.

Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pariwisata juga memiliki multiplier effect yang cukup besar. Setiap Rp 1 yang dibelanjakan di sektor pariwisata diperkirakan dapat menciptakan tambahan Rp 2,13 di sektor lainnya.

Dengan kata lain, investasi dalam fasilitas retreat yang juga berfungsi sebagai pusat inovasi tidak hanya akan meningkatkan sektor pariwisata tetapi juga memperluas efek ekonomi ke sektor-sektor lain seperti transportasi, kuliner, dan retail.

3. Pengembangan Paket Wisata Retreat Tematik

Retreat Kabinet Merah Putih bisa menjadi model untuk mengembangkan paket wisata tematik, seperti “Retreat Leadership” atau “Retreat Kreativitas.” Setiap paket bisa disesuaikan dengan tema spesifik yang mencakup kegiatan-kegiatan produktif, workshop, dan aktivitas outdoor.

Contohnya, paket retreat dengan fokus pada pelatihan kepemimpinan bisa diadakan di daerah pegunungan yang sejuk, menyatu dengan alam, di mana para peserta tidak hanya belajar teori tetapi juga melakukan kegiatan outbond yang membangun kerja tim dan kemampuan memimpin.

Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, paket wisata tematik memiliki potensi peningkatan pengeluaran wisatawan rata-rata hingga 20% lebih tinggi dibandingkan wisata konvensional.

Dengan demikian, ini bisa menjadi peluang ekonomi yang signifikan, terutama di daerah-daerah yang memiliki potensi alam dan budaya unik, namun belum banyak dikembangkan.

4. Digitalisasi dan Pemasaran Paket Wisata Retreat

Untuk memastikan konsep wisata retreat ini dikenal luas dan diminati, digitalisasi promosi paket wisata menjadi elemen penting. Dengan menggabungkan kekuatan teknologi, paket-paket wisata retreat bisa dipasarkan melalui platform digital dengan pendekatan yang lebih personal.

Pengelola bisa menggunakan video teaser yang menggambarkan suasana retreat, lengkap dengan kesan dari peserta sebelumnya yang pernah merasakan pengalaman serupa.

Pemasaran melalui media sosial, website interaktif, dan aplikasi wisata dapat memperkenalkan paket-paket ini secara efektif kepada segmen wisatawan yang lebih luas.

Menurut laporan Google & Temasek, penggunaan digital dalam promosi pariwisata dapat meningkatkan kunjungan hingga 30%, karena wisatawan dapat langsung mencari, memesan, dan membayar paket wisata dalam satu platform yang sama.

5. Keberlanjutan Sebagai Elemen Kunci Paket Wisata Retreat

Mengikuti jejak retreat Kabinet Merah Putih yang diadakan dengan tetap memperhatikan aspek kenyamanan dan keamanan, paket wisata retreat juga harus menekankan keberlanjutan. Konsep ini mencakup pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab, penggunaan bahan ramah lingkungan, serta dukungan terhadap komunitas lokal.

Dengan demikian, paket wisata retreat tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta, tetapi juga berkontribusi positif pada destinasi itu sendiri.

Menurut data dari UNWTO, wisata berkelanjutan memiliki potensi pertumbuhan tahunan sebesar 7% lebih cepat dibandingkan wisata non-berkelanjutan. Selain itu, wisatawan saat ini semakin sadar akan isu lingkungan dan lebih cenderung memilih destinasi yang menawarkan konsep pariwisata berkelanjutan. Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat citra sebagai destinasi yang peduli terhadap keberlanjutan.

Pengamat pariwisata, Taufan Rahmadi Foto: (dok. Istimewa)

Retreat Kabinet Merah Putih membuktikan bahwa kegiatan produktif dapat dipadukan dengan suasana rekreatif untuk menciptakan sinergi yang efektif. Bagi industri pariwisata, ini merupakan inspirasi yang berharga untuk mengembangkan paket wisata retreat masa depan yang dapat memenuhi kebutuhan segmen pasar yang menginginkan pengalaman unik, produktif, dan menyenangkan.

Dengan memperhatikan aspek produktivitas, rekreasi, keberlanjutan, dan pemasaran digital, Indonesia berpeluang besar untuk menjadi pelopor dalam mengembangkan konsep wisata retreat yang dapat menarik wisatawan lokal maupun internasional.

Pada akhirnya, inovasi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, memperluas lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan multiplier effect yang signifikan, pengembangan konsep wisata retreat ini bisa menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, mengoptimalkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB dan kesejahteraan masyarakat.

——

Artikel ini ditulis Taufan Rahmadi, Pakar Strategi Pariwisata Nasional. Artikel merupakan kiriman pembaca detikcom.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version