Jakarta –
Persoalan terkait denda ke pelanggan yang tidak menghabiskan makanan kembali jadi sorotan. Hal ini bermula dari unggahan seorang pelayan restoran.
Beberapa restoran, terutama yang konsepnya all you can eat (AYCE) memang menerapkan biaya denda ke pelanggan yang tidak bisa menghabiskan pesanan makan mereka. Hal ini kerap dilakukan restoran untuk mengurangi jumlah sampah makanan dan menjaga keseimbangan lingkungan.
Di sisi lain, restoran juga dapat mengontrol biaya operasional mereka. Kalau menerapkan denda dan membatasi waktu, restoran lebih mudah mengontrol makanan yang dikonsumsi setiap pelanggan, agar harga yang mereka tetapkan juga lebih terjangkau.
Sayangnya, peraturan ini belum bisa disetujui oleh banyak pelanggan. Beberapa pelanggan memperdebatkan hal tersebut karena menganggapnya hanya merugikan.
Perdebatan soal biaya denda ini rupanya masih terjadi sampai sekarang. Seperti yang diperdebatkan dalam unggahan video pelayan restoran ini.
Melalui unggahan video di akun TikTok @mikasahanma, pelayan wanita di salah satu restoran yang tidak disebutkan namanya di Jerman mengungkap kepada netizen restorannya akan menagih biaya denda ke pelanggan yang tidak bisa menghabiskan pesanan makan mereka.
Restoran tempat Mika bekerja memang memiliki konsep spesial, dimana pelanggan bisa menikmati segala macam makanan sesuka hati mereka (all you can eat), dalam batasan waktu 90 menit. Untuk menikmati pengalaman ini, pelanggan dipatok €30 atau sekitar Rp 504.204, lapor indy100.com (05/12/2024).
Pelayan bernama Mika itu memperingatkan pelanggan bahwa konsep makanan di restoran mereka adalah ‘all you can eat’ bukan ‘all you can order’. Menurutnya, ini adalah konsep yang paling adil dan sudah sangat umum di Jerman.
(Gambar hanya ilustrasi) Pegawaii restoran ini ungkap bahwa restorannya akan memberi denda ke pelanggan yang tak habiskan makanan. Foto: TikTok @mikasahanma
|
Unggahan tersebut ramai mengundang perdebatan netizen. Beberapa orang menganggap tidak ada yang salah dengan konsepnya, karena di negara lain, juga diterapkan hal seperti itu.
Netizen lain juga setuju bahwa denda untuk makanan tidak habis adalah pilihan terbaik untuk membatasi pembuangan makanan sia-sia.
“Restoran sushi lokal di tempat saya juga punya aturan yang sama. Makan sepuasnya tetapi perlu bayar ekstra kalau ada yang tersisa,” ujar netizen tersebut.
Di sisi lain, ada juga netizen yang kurang setuju terkait biaya denda ini. Menurutnya, di akhir pun konsep restoran itu bukan jadi ‘all you can eat’ karena masih ada sampah makanan yang tersisa.
Beberapa netizen juga gagal fokus dengan apa yang dilakukan pelayan restoran itu. Dalam videonya, Mika memang terlihat sedang mengoceh sambil memotong buah bit di dapur.
Namun, ia memotong buah bit dalam bentuk yang unik. Bagian pinggirnya dipotong sampai buah bit yang tadinya punya bentuk panjang oval, menjadi persegi. Potongan bentuk inipun menyisakan banyak buah bit yang tidak terpakai.
Para netizen lantas memenuhi kolom komentar.
Seorang netizen berkomentar, “Tapi kamu sudah banyak membuang buah bit itu.”
Mika membalas komentar tersebut dengan meminta netizen itu melihat video tutorial terkait apa yang akan ia lakukan dengan buah bit tersebut.
Dalam video yang berbeda, Mika memang menunjukkan bahwa buah bit itu akan diiris sampai bagian sangat tipis menggunakan mesin. Supaya proses tersebut hasilnya memuaskan, Mika perlu memotong buah bit sampai bentuk sisinya bundar kotak seperti itu.
|
Tidak diketahui lebih detail terkait patokan denda yang dilayangkan restoran tempat Mika bekerja kepada pelanggan. Namun, cukup banyak restoran yang menerapkan hal ini.
Salah satunya restoran berkonsep all you can eat di Kylin Buffet di Ocean Road, South Shield. Inggris. Restoran itu membuat peraturan di papan, menyebutkan bahwa pelanggan yang tidak bisa menghabiskan makanan akan didenda Rp 300.000.
(aqr/adr)