Minggu, Oktober 13


Jakarta

Museum Nasional Indonesia (MNI) langsung tancap gas merevitalisasi serta mewacanakan berbagai program pasca insiden kebakaran tahun lalu untuk tahun 2025.

Selain menampilkan dua pameran hingga 31 Desember yakni Pameran Pasca Kebakaran serta Pameran Repatriasi, MNI juga sudah menyusun program lainnya hingga tahun depan.

Khususnya pada Gedung A, akan ada tiga pameran tetap yang diselenggarakan selama tiga tahun ke depan. Salah satunya adalah ‘Pameran Warga Dunia di Nusantara’.


“Di tahun 2025 di gedung A, akan ada tiga pameran tetap. Pameran tetap itu tiga tahun di standarnya museum. Jadi bisa saja di tahun keempat akan ada penyegaran. Akan ada ‘Pameran Warga Dunia di Nusantara. Karena awalnya memang Indonesia yang dulunya Nusantara sudah internasional,” terang Tenaga Ahli Tata Pamer dan Kurator Museum Nasional Indonesia (MNI) Aprina Murwanti dalam konferensi pers di Ruang Teater Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat (11/10/2024).

“Kita nggak perlu kebarat-baratan untuk menjadi internasional, kita cukup jadi diri sendiri. Itu yang mau di-highlight dengan membuktikan koleksi2 di museum nasional indonesia,” sambungnya.

Sementara itu, ada pula pameran lainnya yang mengedepankan unsur adat budaya Indonesia yang kental lewat ‘Pameran Poros Adat dan Ilmu’. Dalam pameran itu, akan disajikan bagaimana bangsa kita tak hanya sekedar menganut keilmuan, tetapi juga memegang teguh adat yang menjadi citra diri bangsa.

“Kedua adalah pameran poros adat dan ilmu. Di mana kita mendahulukan adat sebelum ilmu, berbeda dengan di barat yang mungkin ilmu saja cukup. Tapi di nusantara, Indonesia, adat juga harus dimiliki,” jelasnya.

Museum Nasional Indonesia (MNI) akan kembali dibuka 15 Oktober 2024 mendatang. Sebelumnya museum ini ditutup usai mengalami kebakaran pada 16 September tahun 2023. Foto: Grandyos Zafna

Selain itu, kendati Pameran Repatriasi akan ditampilkan pada tahun ini pada pembukaan kembali 15 Oktober hingga 31 Desember 2024, tetapi ada pula barang repatriasi yang dipamerkan di tahun depan. Bahkan tak sekedar dipamerkan, pada ‘Pameran Semesta Haya’ nantinya benda-benda bersejarah akan diceritakan lebih lanjut.

“Yang ketiga ada juga pameran berjudul semesta hayat. Nantinya 2025 Insha Allah bisa dinikmati semesta hayat ini bercerita tentang manusia, semesta, alam, dan hubungannya dengan narasi spiritual dan penghayatan spiritual. Kenapa ini kemudian penting? Karena IHA ini punya 3 output yaitu scholarly, enjoyment, juga spiritual,” tuturnya.

Terkhusus ‘Pameran Semesta Hayat’, pameran tersebut memiliki visi untuk menceritakan kembali sejarah lewat benda-benda zaman dahulu yang selama ini tidak pernah diceritakan.

“Kalau di barat, kadang mereka mengoleksi arca, bukan kadang, kerap kali saya garis bawahi. Mengoleksi arca nggak diceritakan tuh kalau misal dulunya untuk ritual apa, untuk pemaknaannya apa,” katanya.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version