Rabu, Desember 18


Jakarta

Menteri BUMN Erick Thohir berencana menggabungkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dengan PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA. Rencana ini merupakan bagian dari upaya Erick merampingkan BUMN.

Erick menyebut ingin memangkas jumlah perusahaan pelat merah dari sebelumnya 47 menjadi hanya 30. Dengan penggabungan itu diharapkan bisnis kedua perusahaan jadi lebih sinkron.

“Untuk dari 47 jadi 30 salah satunya adalah bagaimana INKA dan KAI jadi satu payung. Salah satunya ya bagaimana INKA dan KAI menjadi satu payung. Ya kan tidak mungkin KAI perlu gerbong titik-titik, tapi nggak ngomong sama INKA. INKA-nya juga nggak koordinasi bila misalnya perlu ini. Kan itu cuma sinkronisasi,” kata Erick kepada Awak Media di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (17/12/2024).


Lewat program holdingisasi yang sudah dijalankan dalam empat tahun terakhir, harapannya struktur korporasi KAI dan INKA akan membaik. Salah satu perusahaan akan berperan sebagai induk perusahaan atau holding company.

“Nah dengan satu atap yang sekarang juga 4 tahun terakhir ini udah sering, kan antara KAI dan INKA sudah lebih baik sekarang, cuman secara struktur korporasi lebih baik jadi bapak dan anaknya. Jadi konkretnya lebih bagus,” jelasnya.

KAI direncanakan menjadi induk yang membawahi INKA. Erick menyebut akan mendorong proses tersebut dan mengurus persetujuan di Kementerian Keuangan.

“(Holdingnya) KAI lah, masa INKA holding. Tentu kita akan dorong prosesnya nanti, kan dari Kemenkeu persetujuannya. Karena kan pengelola kami kepemilikan dari Menteri Keuangan,” sebut Erick.

Saat dikonfirmasi kapan penggabungan itu dilaksanakan, Erick berharap realisasinya dapat terlaksana tahun depan. Ia juga mengatakan holdingisasi BUMN akan dilanjutkan di masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Pelindo Bawahi ASDP-Pelni

Selain KAI dan INKA, Erick juga bakal menggabung BUMN yang bergerak di sektor transportasi laut. Ada tiga perusahaan yang disinggung Erick, yaitu PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni, dan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.

“Itu mendorong kembali bagaimana logistik cost bisa lebih turun, safety buat penumpang, kalau pelabuhannya bagus, management dari Pelni kapalnya juga lebih mudah, ASDP-nya juga lebih bagus. Kan semuanya jadi sinkronisasi baik untuk penumpang dan barang yang selama ini kadang-kadang terpisah-pisah,” imbuh Erick.

ASDP dan Pelni akan digabung lalu masuk ke Pelindo sebagai holding. Erick menargetkan penggabungan perusahaan pelat merah ini bakal terlaksana tahun depan.

“Yang jadi holding Pelindo,” tutupnya.

(ily/ara)

Membagikan
Exit mobile version