Minggu, Januari 5


Jakarta

Tahun 2024 lalu menjadi tahun terpanas di China berdasarkan catatan Badan Meteorologi China. Kondisi ini disebabkan oleh lonjakan cuaca ekstrem yang dipicu perubahan iklim.

Dilansir AFP, Kamis (2/1/2025) China diketahui sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar yang menurut para ilmuwan menjadi pemicu pemanasan global. Adapun Beijing telah memprediksi emisi karbon dioksida akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 dan mencapai nol bersih pada tahun 2060.

“Pada tahun 2024 yang baru saja berakhir, suhu nasional rata-rata adalah 10,92 derajat Celsius (51,66 Fahrenheit), 1,03 derajat lebih tinggi dari rata-rata dan merupakan tahun terpanas sejak dimulainya pencatatan lengkap pada tahun 1961,” kata Badan Meteorologi China di laman resminya, Rabu (1/1/2025).


“Empat tahun terpanas yang pernah ada adalah empat tahun terakhir, dengan semua sepuluh tahun terpanas sejak 1961 terjadi pada abad ke-21,” kata kantor cuaca tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan dalam pesan akhir tahun pada hari Senin (30/12/2024), bahwa 2024 ditetapkan sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat di seluruh dunia.

Selain itu, di China, puluhan orang tewas dan ribuan orang dievakuasi selama banjir melanda negara itu tahun lalu.

Tahun 2024 juga terjadi banjir besar di Spanyol dan Kenya, beberapa badai dahsyat di Amerika Serikat dan Filipina, serta kekeringan dan kebakaran hutan yang parah di Amerika Selatan.

Bencana alam menyebabkan kerugian ekonomi sebesar $310 miliar pada tahun 2024, menurut raksasa asuransi Swiss Re yang berkantor pusat di Zurich.

Tonton juga Video: Fenomena Halo Matahari di China

[Gambas:Video 20detik]

(rdp/imk)

Membagikan
Exit mobile version