Jumat, November 8


Lubuklinggau

Di Lubuklinggau ada Kampung Warna-warni yang menarik dikunjungi. Tahukah kamu, kampung ini dulunya dicap sebagai sarang kriminal. Seperti apa ceritanya?

Salah satu wisata wajib yang ada di Lubuklinggau yaitu kampung warna-warni. Kampung yang pernah eksis di tahun 2017 tersebut memiliki banyak spot foto yang akan memanjakan para wisatawan yang liburan ke Lubuklinggau.

Selain dapat berfoto di kampung yang memiliki bermacam-macam warna tersebut, pengunjung juga dapat berfoto dengan latar belakang Bukit Sulap serta menikmati aliran Sungai Kelingi.


Kampung warna-warni itu terletak di jalan Depati Said, Kelurahan Lubaklinggau Ulu, Kecamatan Lubuk Linggau Barat II, Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Kampung tersebut diresmikan oleh mantan Walikota Lubuk Linggau, Prana Putra Sohe pada 10 Maret 2017. Sejak diresmikan, kampung tersebut langsung ramai dikunjungi oleh para wisatawan, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak.

Bahkan pada masa jayanya, dalam sepekan kampung ini bisa dikunjungi sebanyak 700 sampai 1.200 wisatawan dari berbagai daerah.

“Kemarin sempat viral, di kalangan artis seperti Anisa bahar dan Ade Rai pernah berkunjung. Orang luar negeri (Bule) juga sering berkunjung. Saat masa-masa rame itu (2017 – 2018) sampe warga setempat aja tidak bisa lewat dijalan kampung ini sangkin rame nya,” kata Iin Parlina selaku Ketua RT 5, Kelurahan Lubuklinggau Ulu saat ditemui beberapa waktu lalu.

Kampung Warna-warni Lubuklinggau, Sumsel Foto: Raja Adil Siregar

“Orang-orang yang datang biasanya foto-foto selfie karena banyak gambar di dinding rumah warga. Pemandangan sungai sama Bukit Sulap juga jadi objek foto disini,” sambungnya.

Iin mengatakan terealisasinya kampung warna-warni menjadi objek wisata juga turut membantu perekonomian warga di kampung tersebut.

“Pas rame kemarin itu jadi pendongkrak ekonomi warga, jadi mata pencaharian baru warga disini. Banyak warga di sini yang berwirausaha seperti membuka warung, berjualan kerupuk sama makanan tradisional,” katanya.

Dulu Kampung Ini ‘Sarang’ Kriminal

Sebelum menjadi objek wisata, kampung warna-warni dahulunya merupakan ‘sarang’ kriminal seperti sabung ayam, gudang narkoba dan begitu banyak pelanggaran hukum lainnya. Kampung ini pun dijuluki dengan ‘Kampung Texas’.

Akibat gambaran yang buruk itulah ibu-ibu kelompok PKK di kelurahan Lubuklinggau Ulu, Lubuklinggau Barat II berinisiatif membuat tempat tersebut menjadi objek wisata.

Hal ini kemudian dibantu oleh dinas terkait dan didukung langsung oleh Walikota, sehingga terbentuklah tempat wisata baru yang ramah anak.

“Dampaknya juga mengubah gambaran kampung ini dari julukan ‘Kampung Texas’ yang jelek menjadi tempat wisata ‘Kampung Warna-Warni’ yang semua kalangan bisa menikmatinya,” jelasnya.

Pamor Kampung Ini Redup Akibat Covid-19

Namun karena tidak ada renovasi, serta terkena dampak Covid-19, pamor kampung ini menjadi redup. Kini kampung tersebut sudah dikategorikan sebagai kampung biasa, dikarenakan tidak ada lagi wisatawan yang berkunjung ke sana.

“Sekarang ini kondisinya bisa dibilang memprihatinkan karena sekarang kurang terawat. Aksesoris seperti payung dan lampu hias sudah hilang semua. Warna cat di perumahan di sini juga sudah pudar semua,” bebernya.

Pamor Kampung Warna Warni mulai redup Foto: Muhammad Rizky

Iin mengatakan salah satu faktor yang membuat wisata kampung warna-Warni menjadi redup karena kurangnya perawatan serta tidak ada hal baru dari kampung tersebut.

“Bosan karena tidak ada hal yang baru. Yang datang kan kalo sudah foto-foto dia jadi jarang mau berkunjung lagi karena tidak ada hal baru lagi,” ungkapnya.

Butuh Inovasi Baru

Iin mengatakan sebelumnya ada kabar akan dibuatkan arena bermain untuk anak-anak serta jembatan kaca, namun hal itu tidak terealisasi hingga sekarang.

“Dari pak wali kota dulu pernah merencanakan ingin membuat arena bermain anak-anak, mungkin karena terkendala lahan jadi tidak jadi. Rencana jembatan kaca juga tidak jadi,” ujarnya.

Meredupnya popularitas kampung warna-warni juga mempengaruhi perekonomian warga kampung tersebut. Iin mengatakan warga yang berniat ingin merenovasi kampung tersebut juga terkendali karena keterbatasan dana.

“Dari warga ada keinginan untuk diadakan perbaikan biar kampung warna-warni bisa dikenang lagi, tapi kendalanya itu karena rata-rata warga disini kerja sebagai buruh harian jadi biaya perbaikan itu nggak ada karena untuk makan sehari-hari saja susah,” ungkapnya.

Iin berharap agar pemerintah kota Lubuklinggau bisa membantu membangkitkan lagi ketenaran kampung warna-warni seperti dahulu lagi.

“Harapannya kepada pemerintah untuk bisa membantu merenovasi ulang Kampung Warna-warni ini. Setidaknya dengan bantuan cat aja biar warga di sini yang mengecat ulang biar jadi bagus lagi,” tutupnya.

——–

Artikel ini telah naik di detikSumbagsel.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version