Senin, Juli 1

Jakarta

Setelah sekitar 1 dekade penelitian dan pengembangan, China dilaporkan membangun armada reaktor nuklir terapung di Laut China Selatan. Ditujukan mendukung pengembangan komersial dan eksplorasi minyak, China juga membanggakan kemampuan militer reaktor terapung ini, yang mungkin akan memberi keunggulan dari pasukan Amerika Serikat di wilayah tersebut.

Tahun 2016, National Nuclear Safety Administration China mengklaim pulau buatan dengan dukungan platform nuklir terapung akan setara dengan kapal induk bertenaga nuklir yang dilengkapi pesawat tempur dan sistem rudal. “Superioritas militer mereka akan jauh lebih besar dibanding armada kapal induk jarak jauh Amerika Serikat,” klaim mereka.

Itu mungkin hiperbola, namun ahli pertahanan sepakat peningkatan nuklir China signifikan. “Memiliki sumber kekuatan yang tiada habisnya di pulau buatan yang kecil memberikan keuntungan yang signifikan bagi militer China,” kata Robert Bunker, Ph.D., dari konsultan strategis C/O Futures.


Reaktor terapung di pulau buatan itu mungkin bisa menyulitkan AS jika muncul konflik. Laut China Selatan sendiri merupakan wilayah sengketa, dengan klaim dari China, Vietnam, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Indonesia. China tak mau bagian kecil, negara ini mengklaim 90% wilayah laut itu yang masih terus dipertahankan hingga saat ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, China mengerahkan kekuatan militernya untuk mendukung klaimnya. Mereka memulai pembangunan pulau buatan pada tahun 2014 dengan armada kapal keruk raksasa yang mengambil pasir dari dasar laut untuk memperluas pulau-pulau yang ada dan membuat pulau-pulau buatan baru.

China awalnya mengklaim lahan baru tersebut hanya akan digunakan untuk kepentingan sipil, namun kemudian mengubahnya jadi pangkalan militer yang dilengkapi radar dan rudal. Pada tahun 2022, beberapa pulau memiliki landasan pacu pesawat, hanggar, penyimpanan bahan bakar, dan infrastruktur lainnya untuk operasi pesawat militer.

China menggunakan pulau-pulau tersebut untuk mendukung tindakan yang semakin berani terhadap negara-negara lain. Pesawat China kadang terbang sangat dekat dengan penerbangan militer AS, Australia, dan negara-negara lain. Di laut, mereka mengganggu kapal penangkap ikan Filipina dengan meriam air, laser, dan manuver berbahaya yang terkadang berakhir dengan tabrakan.

Pada saat yang sama, China membangun reaktor nuklir terapung itu yang menyediakan pasokan listrik yang melimpah ke tempat-tempat terpencil yang tidak dapat terhubung ke jaringan listrik. Mereka membuat dua prototipe: ACPR50S berkekuatan 60 megawatt dan ACP100S berkekuatan 125 megawatt.

Setiap reaktor berada di kapal tongkang besar dan dapat ditarik ke mana pun diperlukan. Ini adalah reaktor air bertekanan dengan sistem pendingin pasif, desain modern yang, tidak seperti reaktor sebelumnya, tidak akan mengalami kerusakan parah jika pendinginan gagal.

Reaktor itu awalnya dimaksudkan untuk mendukung eksplorasi minyak di wilayah sengketa Laut China Selatan. Tahun 2016, diumumkan bahwa reaktor tersebut akan memberi daya pada 20 pangkalan militer di pulau yang diusulkan. Pangkalan-pangkalan ini dimaksudkan mendukung China membangun dominasi di wilayah tersebut.

Reaktor terapung juga dapat mendukung senjata masa depan seperti laser berenergi tinggi atau gelombang mikro, yang dapat menjadi hal penting dalam dekade berikutnya.

(fyk/fyk)

Membagikan
Exit mobile version