Senin, September 23

Jakarta

Turbulensi Singapore Airlines jadi perhatian dunia. Jadi teringat lagi, Asia Tenggara pernah ada kejadian lebih tragis soal pesawat MH370 pada 10 tahun lalu.

Ternyata setelah 10 tahun berlalu, misteri hilangnya pesawat MH370 akhirnya mempunyai harapan baru untuk dipecahkan saat ini. Ilmuwan menganalisis sinyal audio bawah laut yang direkam oleh jaringan stasiun hidroakustik global.

Para peneliti dari Universitas Cardiff telah mengembangkan cara baru untuk memecahkan misteri hilangnya Malaysia Airlanes MH370 dan menemukan kemungkinan lokasi terakhir pesawat tersebut.


Dikutip dari The Sun pada Rabu (22/5/2024) tim telah menganalisis lebih dari 100 jam rekaman suara bawah laut dari kecelakaan pesawat dan satu kasus hilangnya kapal selam. Mereka mengusulkan cara baru yang dianggap dapat membantu menemukan pesawat yang hilang.

Pada Sabtu, 8 Maret 2014 satu dekade silam, pesawat MH370 menghilang saat melakukan penerbangan dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Beijing, China. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya lintas negara, termasuk pencarian bawah laut termahal dalam sejarah, lokasi pesawat dan nasib 239 penumpang dan awak kabin masih tidak jelas.

Namun, peneliti percaya bahwa sinyal suara yang direkam di stasiun hidroakustik di lepas pantai Australia mungkin merupakan faktor penting dalam menemukan MH370. Demikian menurut temuan yang dipublikasikan di Scientific Reports.

Selain itu, proses ini dapat menjadi cara baru untuk menggunakan analisis suara untuk menemukan kecelakaan dan hilangnya objek lain di laut. Kecelakaan pesawat di laut menciptakan tanda akustik unik yang bisa merambat lebih dari 3.000 km melalui air.

Suara dari benturan keras ini dapat direkam oleh jaringan 11 stasiun hidroakustik di seluruh dunia yang tersebar di dasar laut.

“Analisis kami menunjukkan sinyal tekanan jelas dari kecelakaan pesawat sebelumnya terdeteksi pada hidrofon, bahkan pada jarak melebihi 3.000km,” ujar Dr. Usama Kadri, seorang dosen di School of Mathematics, Cardiff University.

Dalam kasus MH370, investigasi resmi menyimpulkan bahwa pesawat pasti jatuh di dekat busur ke-7, tempat komunikasi terakhir antara pesawat dan INMERSAT terjadi. Area pencarian utama di busur ke-7 terletak kurang dari 2.000 km dari stasiun hidroakustik di Cape Leeuwin, Australia.

Namun, dalam rentang waktu dan lokasi yang disarankan oleh pencarian resmi, hanya satu sinyal yang relatif lemah yang teridentifikasi.

Dr. Kadri mengatakan bahwa pencarian resmi harus ditinjau kembali untuk mengetahui apakah sinyal lain dari waktu tersebut dapat dikaitkan dengan MH370. Para ilmuwan ingin menentukan lokasi MH370 yang lebih tepat dengan melakukan ledakan bawah air terkendali atau tembakan udara sepanjang busur ke-7.

“Latihan serupa dilakukan dalam misi pencarian dan penyelamatan untuk ARA San Juan, kapal selam yang hilang di lepas pantai Argentina pada 2017. Ini menunjukkan kepada kita bahwa ini relatif sederhana dan layak dilakukan serta dapat memberikan cara untuk menentukan relevansi sinyal dengan MH370, sebelum melanjutkan dengan pencarian ekstensif lainnya,” tambah Dr. Kadri.

Jika sinyal yang ditemukan terkait, itu akan secara signifikan mempersempit lokasi pesawat. Sebaliknya, jika sinyal yang ditemukan tidak terkait, itu menunjukkan bahwa otoritas harus meninjau kembali rentang waktu atau lokasi yang telah mereka tetapkan hingga saat ini.

Area prioritas seluas 25.000 km yang diidentifikasi oleh para ahli Australia sebagai tempat MH370 paling mungkin telah dieksplorasi sepenuhnya oleh para pencari pada Mei 2018.

Dua bulan kemudian, investigasi resmi dirilis di Malaysia. Hasilnya menunjukkan bahwa pesawat berbelok secara manual di udara. Sedangkan dugaan campur tangan pihak ketiga yang tidak sah telah dibantah.

Laporan tersebut menolak gagasan bahwa pilot membawa pesawat turun dalam misi bunuh diri, dan kerusakan mekanis tidak dianggap sebagai penyebab kecelakaan. Terlepas dari fakta bahwa beberapa sisa-sisa pesawat telah ditemukan dalam sepuluh tahun sejak pesawat hilang, keluarga penumpang masih belum cukup dekat untuk mengetahui apa yang terjadi pada orang-orang terdekat mereka.

Dr. Kadri menyatakan bahwa meskipun temuan hidroakustik dapat membantu menemukan pesawat yang hilang, bukti belum cukup untuk membuka pencarian secara resmi.

“Sayangnya, kami belum berhasil menemukan sinyal dengan kepastian yang diperlukan untuk memulai pencarian baru untuk pesawat yang hilang. Namun, jika rekomendasi diikuti oleh pihak berwenang yang tepat, kami dapat menilai relevansi sinyal yang teramati, yang berpotensi menjelaskan lokasi MH370,” katanya.

Sementara itu, sebuah perusahaan eksplorasi laut dalam telah berkomitmen untuk mengirimkan drone bawah laut canggih ke dasar laut dalam upaya untuk memecahkan misteri MH370.

*Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Simak Video “10 Tahun Insiden MH370, keluarga Korban Desak Pencarian Baru
[Gambas:Video 20detik]

(fay/fyk)

Membagikan
Exit mobile version