Kamis, Oktober 10


Jakarta

Raffi Ahmad menyatakan menarik diri dari proyek beach club yang akan dibangun di Gunungkidul, Yogyakarta. Tetapi, WALHI tetap suarakan penolakan karena belum tentu proyek itu batal.

Polemik rencana Raffi Ahmad yang ingin membangun beach club berisi 300 villa di Pantai Krakal Gunungkidul menuai banyak protes. Banyak warganet menyampaikan penolakan di story Instagram ataupun petisi di Change.org.

Ramainya penolakan itu karena projek itu rencananya akan dibangun di atas Kawasan Bentangan Alam Karst (KBAK) Gunung Sewu. Tempat itu adalah kawsan lindung geologi.


Bahkan petisi “Tolak Pembangunan Resort Raffi Ahmad di Gunungkidul!” yang dimulai Maret 2024 di Change.org telah ditandatangani oleh 57 ribu orang pada pantauan detikTravel, Rabu (12/6/2024).

Berusaha meredakan keriuhan yang terjadi, Raffi Ahmad menyampaikan dirinya menarik diri dari proyek beach club yang rencananya akan dibangun di Kawasan Bentangan Alam Karst (KBAK) Gunung Sewu.

“Pada momen ini saya ingin menyampaikan pernyataan terkait berita yang sedang ramai dibicarakan terkait proyek di Gunungkidul. Saya sebagai warga negara Indonesia yang taat hukum saya juga mengerti terdapat beberapa kekhawatiran masyarakat terkait proyek ini yang belum sejalan dengan peraturan yang berlaku,” kata Raffi dalam sebuah sebuah video.

Menanggapi hal tersebut Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Yogyakarta menyampaikan bahwa penolakan tetap harus dilaksanakan bahkan diperluas.

“Penolakan ini harus semakin diperluas dan harus menjangkau banyak orang, mengingat pembangunan Resort dan Beach Club Bekizart rencananya berisi 300 villa dan tiga restoran di Pantai Krakal jelas akan merusak ekosistem ekologis pada KBAK Gunung Sewu,” ujar Advokasi WALHI Yogyakarta, Rizki Abiyoga, kepada detikTravel, Rabu (12/6/2024).

Ia menjelaskan bahwa karst memiliki fungsi sebagai pengikat karbon. Di dalamnya pun terdapat sistem air yang dapat dimanfaatkan warga Gunungkidul. Hal itu tentunya berguna bagi warga setempat ketika menghadapi krisis air. Ia juga menjelaskan bahwa Kapanewon Tanjungsari merupakan wilayah rawan kekeringan.

“Oleh karena itu, gelombang perluasan penolakan harus terus digaungkan karena selain soal rusaknya ekosistem ekologis, keuntungan besar didapatkan oleh pebisnis yang telah merusak tersebut bukan khalayak luas,” sambungnya.

Kendati Raffi Ahmad telah menyampaikan pengunduran diri, menurutnya itu tidak menjamin mundurnya proyek raksasa tersebut. Itu karena selayaknya bisnis, hal itu dilakukan dengan banyak pihak dan tak sekedar Raffi Ahmad.

Ia pun mengimbau banyak pihak untuk terus melontarkan penolakan terhadap wacana pembangunan yang berpotensi merusak lingkungan tersebut.

“Meskipun kabar terbaru Raffi Ahmad akan cabut dari proyek tersebut, tidak ada jaminan bahwa proyek pembangunan Resort dan Beach Club Bekizart akan dibatalkan. Sehingga gelombang penolakan harus terus dilancarkan dan wajib semakin membesar karena ekspansi yang merugikan seluruh masyarakat ini dapat melancarkan segala cara untuk melanggengkan kepentingan pembangunan proyek itu,” terangnya.

“Selain itu juga bahwa, ketika Raffi Ahmad mengundurkan diri, rekananan bisnisnya belum tentu juga mau untuk membatalkan,” pungkasnya.

Simak Video “Proyek Beach Club Gunungkidul
[Gambas:Video 20detik]
(wkn/wsw)

Membagikan
Exit mobile version