Sabtu, Oktober 26
Jakarta

Danau Beratan di kawasan Bedugul, Kabupaten Tabanan, selepas siang itu terlihat tenang. Hanya sesekali permukaan airnya nampak beriak, ketika speed boat melintas.

Namun menjelang senja kabut turun menyelimuti permukaan danau, seketika kesan magis bergiliran mendominasi. Seakan ada misteri yang tersembunyi dalam kedalaman danau, dengan pura air yang berdiri megah di tengahnya.

Pura Ulun Danu, bila ditinjau dari segi etimologi berarti pura di atas danau. Pura ikonik yang gambarnya tercetak pada mata uang pecahan lima puluh ribu rupiah ini adalah salah satu pura air terbesar di Pulau Bali, pulau yang belum lama ini dinobatkan sebagai pulau terindah ketiga di dunia setelah Maldives dan Phu Quoc di Vietnam yang layak dijadikan tujuan travelling tahun ini.


Sejarah berdirinya Pura Ulun Danu Beratan yang berarsitektur khas Bali ini tertulis dalam Lontar Babad Mengwi, disebutkan bahwa Pura ini didirikan oleh I Gusti Agung Putu pada tahun saka 1556 atau tahun 1634 Masehi.

I Gusti Agung Putu adalah raja pertama Kerajaan Mengwi yang berkuasa atas beberapa wilayah di Bali hingga ke pulau Jawa. Pada masa pemerintahannya, karena ingin memperkuat posisinya di Bali, I Gusti Agung Putu memerintahkan pembangunan Pura Ulun Danu Beratan sebagai bentuk penghormatan kepada dewi air yaitu Dewi Danu untuk memohon berkah dan kesuburan bagi wilayahnya.

Pemilihan lokasi pura air di Danau Beratan karena air di danau ini dianggap suci oleh masyarakat Bali dan dianggap sebagai sumber kehidupan.

Danau Beratan adalah sumber air yang digunakan sebagai irigasi untuk pertanian di kawasan sekitarnya. Pura Ulun Danu Beratan yang berada di Danau Beratan pun menyandang status sebagai Pura Kahyangan Jagat, yaitu pura umum tempat beribadah bagi umat Hindu dari berbagai daerah, golongan, dan profesi.

Selain menyaksikan keunikan pura air ikonik yang berada di tengah danau, kawasan wisata ini dilengkapi dengan taman yang sangat luas, dengan rumput hijau sejauh mata memandang dan bunga-bunga berwarna cerah bermekaran, dipagari relief yang mengisahkan Legenda Danu Beratan di sepanjang dinding pembatasnya.

Di sebelah utara Pura Ulun Danu, tepat di tepi danau juga dibangun monumen berupa piramida yang terbuat dari batu, bernama Monumen Banjir Batu, untuk mengenang peristiwa banjir bandang yang pernah memporakporandakan kawasan itu pada tanggal 22 Desember 2016.

Berjarak hanya sekitar 70 km dari Bandara Internasional Ngurah Rai atau sekitar 50 km dari pusat kota Denpasar, Pura Ulun Danu Beratan yang berada pada ketinggian 1250 meter di atas permukaan laut ini berudara sejuk.

Cocok sekali dijadikan tujuan wisata bagi mereka yang ingin menikmati keunikan budaya, kekayaan sejarah, sekaligus keindahan alam yang sulit ditemukan tandingannya. Menurut saya, destinasi ini wajib dikunjungi, paling tidak sekali dalam seumur hidup.

Membagikan
Exit mobile version