Rabu, September 25
Jakarta

Setelah melalui seleksi ketat dari tim juri Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang berhasil lolos tiga besar Kelurahan Berprestasi Tingkat Nasional dari Regional II tahun 2024. Kelurahan Pudakpayung masuk tiga besar usai melalui tahap peninjauan langsung dan penilaian klarifikasi kelurahan se-regional II tahun 2024 dari tim juri Kemendagri.

Wali kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu bersama jajarannya mendampingi langsung Lurah Pudakpayung dalam verifikasi dan pemaparan Lomba Kelurahan Berprestasi Tingkat Nasional di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (19/8/2024).

Usai pemaparan, Hevearita atau sapaan akrabnya Mbak Ita mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas penghargaan yang didapat Kelurahan Pudakpayung karena sudah masuk nominasi tiga besar tingkat nasional untuk regional Jawa-Bali.


“Tentu ini menjadi penyemangat kota Semarang atas komitmen mengembangkan seluruh kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Semarang. Tidak melihat kelurahan itu ada di Semarang bawah, atas maupun tengah, tetapi untuk kesejahteraan yang merata di kota Semarang,” ujar Mbak Ita dalam keterangan tertulis Selasa (24/9/2024).

Menurut Mbak Ita, ada banyak hal yang disorot oleh mentor dan dewan juri dalam sesi pemaparan lomba kelurahan berprestasi tingkat nasional kali ini. Terutama terkait pengelolaan dan penanganan sampah di masyarakat.

Masyarakat di Kelurahan Pudakpayung telah memulai program pilah sampah dari lingkup terkecil di rumah tangga. Sampah-sampah di tingkat rumah tangga tersebut akan dimanfaatkan dan disaring di Bank Sampah Payung Lestari sebelum ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah.

Mbak Ita mengakui saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sedang mengembangkan berbagai inovasi bersama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) untuk pengelolaan sampah. Ia menjelaskan dari 100 kilogram sampah plastik yang terkumpul bisa diubah menjadi 100 liter bahan bakar setara solar.

“Saat ini kami sedang mengembangkan project yang bekerja sama dengan BRIN. Jadi salah satunya adalah pengelolaan limbah sampah plastik untuk menjadi bahan bakar setara solar,” kata Mbak Ita.

“Ini sudah kami anggarkan di APBD perubahan untuk kita bisa bagikan di beberapa titik, salah satunya di Pudakpayung,” ujarnya.

Selanjutnya, Mbak Ita menjelaskan pengembangan dengan BRIN terkait budidaya lobster air tawar. Lobster air tawar ini mengonsumsi sampah-sampah organik berupa sayur mayur, sehingga lobster ini aman bagi penderita kolesterol.

“Ini juga salah satu upaya mengangkat potensi, karena di Pudakpayung airnya berasal dari sumber mata air yang tidak pernah kering. Hasil budidaya, kalau di tingkat petani, harganya Rp 150 ribu per kg dengan biaya operasional hanya 60-70 ribu. Kalau ekspor harganya bisa mencapai Rp 300 ribu. Jadi ini salah satu upaya penanganan sampah juga, terutama sampah organik,” kata Mbak Ita.

Membagikan
Exit mobile version