Jakarta –
PP PBSI kini memiliki Ketua bidang Pembinaan Prestasi Pelatnas yang baru. Eng Hian, yang menggantikan Ricky Soebagdja, sudah ditunggu Pekerjaan Rumah (PR).
Peralihan dari Ricky ternyata menyisakan pekerjaan rumah yang besar bagi Eng Hian. Bukan tanpa sebab, kepengurusan PBSI periode 2024-2028 mengawali pekerjaan dalam kondisi yang tak baik-baik saja.
Gongnya saat kegagalan bulutangkis Indonesia meneruskan tradisi emas di Olimpiade. Alih-alih mempertahankan, mereka hanya mendapat medali perunggu melalui tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung.
Padahal sebelumnya, bulutangkis Indonesia juga gagal total di Asian Games 2023. PBSI mematok target meraih tiga medali emas. Yaitu nomor beregu putra, tunggal putra, dan ganda putra. Namun, target itu tak mampu mereka wujudkan. Tim bulutangkis Indonesia tersingkir di babak perempatfinal usai disingkirkan Korea Selatan 1-3.
Sedangkan pada nomor perorangan, tiga wakil yang lolos di babak perempatfinal, ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting, serta tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung juga tak mampu lanjut ke fase berikutnya. Saat itu, Kabid Binpres dipegang oleh Rionny Mainaky, kemudian akhirnya diganti Ricky.
Kegagalan ini tentu menjadi cambukan bagi bulutangkis sebagai cabang olahraga yang selalu diandalkan dalam setiap ajang multievent internasional.
Jika tak lekas berbenah, Indonesia bisa terus tertinggal dari negara lain. Pekerjaan Rumah (PR) inilah yang kini diemban Eng Hian, yang sebelumnya merupakan pelatih kepala ganda putri, di kepengurusan PBSI yang baru.
Ricky mengakui secara prestasi bulutangkis memang sedang tidak oke. Makanya sebelum peralihan, ia telah berkomunikasi dengan Eng Hian, sebagai Kabid Binpres yang baru.
“Banyak sebetulnya di Binpres (peralihan PR). Saya kebetulan relatif (aktif sebagai Kabid Binpres) dari bulan Maret, sebelumnya ada Ad Hoc untuk Olimpiade, saya juga terlibat. Dari bulan itu (sebenarnya) ada banyak PR khususnya bidang prestasi atlet Pelatnas,” kata Sekretaris Jenderal PP PBSI, Ricky Soebagdja, di Hotel Arion, Jakarta Timur, Senin (2/12/2024).
“Secara prestasi, ini fakta, saya punya grafiknya semua dari Januari hingga akhir tahun ini. Ada PR dari masing-masing sektor dari mulai program latihan, penyusunan keberangkatan, dsb. Tapi yang paling penting dari pemain dan pelatih, sebagaimana dikatakan Ketum (M. Fadil Imran) di Munas, atlet dan pelatih ini butuh PBSI.”
“Maksudnya atlet atau PBSI ini ada aturan di dalam ini. Ini untuk mendisiplinkan atlet kita. Kita jaga, memfokuskan di dalam latihan, juga pertandingan bagaimana meraih prestasi. Pelatih pun begitu. Harus ada ketegasan. Ini sangat penting, supaya atlet tahu betul bagaimana hak dan kewajiban yang harus dijalankan. Ini saya rasa salah satunya.”
“Ketum juga sudah menyampaikan bulutangkis sedang tidak baik-baik saja. Beberapa waktu lalu saya juga sudah berdiskusi dengan Kabid Binpres yang baru, juga dengan Wakil Ketua I (Taufik Hidayat), banyak yang saya sampaikan. Tapi belum sampai ke detail masing-masing sektor PR-nya bagaimana, putra-putri,” tuturnya.
Namun, ucap Ricky menambah, pentingnya ada ketegasan untuk ke depannya jika ingin ada perubahan. Apalagi, secara pencapaian prestasi bisa dilihat kurang.
“Ya, harus ada perubahan ya. Kalau tidak ada perubahan berarti kondisinya sama. Jadi harus ditekankan, tetapi hak dan kewajibannya harus tetap dijalankan. Itu paling penting,” kata peraih medali emas Olimpiade Atlanta itu.
“Kita melihat dari hasil, pencapaian prestasi. Katakanlah di tahun ini hanya hitungan jari yang juara. Termasuk target besar Olimpiade juga hanya sampai perunggu. Hanya beberapa sektor yang menjadi andalan meraih prestasi, dsb. Inilah khususnya dibidang pembinaan prestasi,” Ricky mempertegas.
(mcy/krs)