Jumat, September 27


Jakarta

Presiden terpilih Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8% di bawah kepemimpinannya. Bagaimana caranya?

Tim Ekonom Perbanas dan Chief Economist Bank Central Asia David Sumual mengatakan perlu sinergi bersama dan pembuatan blueprint terperinci sebagai landasan membuat kebijakan agar bisa mencapai angka tersebut. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi 8% tidak mungkin otomatis dicapai pada 2025.

“PR (pekerjaan rumah) kita supaya (ekonomi) bisa bertumbuh tinggi. Target pemerintah berikutnya kan bahkan sampai 8%, tentu saya yakin tidak akan tercapai di 2025, tapi pelan-pelan mudah-mudahan dengan sinergi bersama, kita bisa naik pelan-pelan ke arah 8%, (mulai dari) 5,5%, 6% dan seterusnya,” kata David dalam sebuah diskusi di Hotel Mulia Jakarta, Jumat (27/9/2024).


“Ini tentu perlu sinergi, pemerintah perlu blueprint bagaimana stepstepnya bisa mencapai angka tersebut,” tambahnya.

David menyebut Indonesia perlu investasi dari luar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%. Target tersebut tidak mungkin tercapai jika hanya mengandalkan domestic saving atau tabungan domestik.

Hitung-hitungan David, kalau mau sampai pertumbuhan ekonomi 8% perlu investasi hingga US$ 650 miliar.

“Sekarang baru sekitar US$ 120 (miliar), jadi perlu empat kali lipat paling enggak kalau ke 8%. Kalau hanya ke 6% mungkin ya US$ 250-300 miliar investasi yang masuk itu sudah cukup,” ucapnya.

PR lain untuk mendorong ekonomi Indonesia tumbuh 8% yakni perbaikan angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang cukup tinggi. Hal itu menandakan perekonomian Indonesia terbilang ‘boros’ dan tidak efisien lantaran tingginya biaya investasi di dalam negeri.

“ICOR kita masih tinggi, dibandingkan negara-negara tetangga itu 3-4%, kita sekitaran 5,6. Jadi selisihnya sekitar 20-30% dengan negara emerging market lain,” imbuhnya.

(aid/kil)

Membagikan
Exit mobile version