Jakarta –
Pemerintah membidik kemandirian energi dalam lima tahun ke depan. Target optimis tersebut tidak hanya menargetkan kebutuhan energi dalam negeri, tetapi juga berperan sebagai salah satu pemain utama dalam transformasi energi global.
Hal tersebut sejalan dengan peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap atau PLTGU Jawa-1 yang terintegrasi Floating Storage Regasification Unit (FSRU) milik Pertamina yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto pada Senin (20/1/2025). Peresmian itu juga dilakukan bersama puluhan proyek strategis kelistrikan di Jawa Barat.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan, PLTGU Jawa 1 yang dikelola oleh PT Jawa Satu Power, yang merupakan perusahaan konsorsium subholding Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) bersama Marubeni dan Sojitz.
Langkah ini menjadi wujud hilirisasi dan transformasi energi sesuai Asta Cita yang dicanangkan Prabowo dalam program 100 hari kerja dan arahan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Fadjar mengatakan, PLTGU Jawa 1 berkapasitas 1.760 MW, menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
“PLTGU Jawa-1 berkapasitas 1.760 MW dan terbesar di Asia Tenggara, dilengkapi teknologi canggih yang memiliki nilai tambah pada aspek operasional, finansial, dan lingkungan untuk mendukung ketahanan energi khususnya di area Jawa-Bali,” kata Fadjar dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/1/2025).
Fadjar memerinci, PLTGU ini dilengkapi fasilitas penyimpanan sekaligus regasifikasi LNG yang berada di atas sebuah kapal terapung atau FSRU. PLTGU Jawa-1 juga menggunakan teknologi single-shaft combined cycle gas turbine (CCGT), generasi terbaru yang membantunya beroperasi lebih efisien dan menghemat biaya produksi listrik.
“Teknologi yang digunakan memiliki fitur peningkatan daya yang lebih cepat, berperan penting dalam mendukung jaringan listrik yang berlokasi di Cilamaya, Karawang sebagai penstabil frekuensi yang andal, memastikan pasokan listrik yang stabil saat adanya fluktuasi daya pada jaringan,” jelasnya.
Menurutnya, hal ini juga berdampak langsung terhadap kebermanfaatan masyarakat, khususnya dalam mengurangi potensi rugi hilang listrik pada saluran transmisi dalam proses pengiriman listrik untuk wilayah industri dan masyarakat. Terlebih, pembangkit ini berlokasi strategis di pusat beban listrik area Jawa-bali.
Selain itu, Fadjar juga mengatakan pembangkit ini memiliki teknologi black start capability yang memungkinkan untuk melakukan self start up. Dengan begitu, masa tunggu untuk proses sinkronisasi pada saat pemulihan apabila terjadi pemadaman listrik akan lebih cepat.
Langkah ini juga dianggap sejalan dengan upaya penurunan emisi karbon dari sektor ketenagalistrikan, PLTGU Jawa-1 diproyeksikan akan menekan emisi karbon sebesar 3,3 juta ton setara CO2 per tahun.
Beroperasinya PLTGU Jawa-1 menjadi titik capaian penting sekaligus menambah portofolio pemanfaatan energi bersih dalam bisnis Pertamina. Gas alam berperan strategis dalam periode transisi energi yang mendukung ketahanan energi nasional.
PLTGU Jawa-1 juga menjadi salah satu milestone penting yang tercipta atas sinergi BUMN maupun dengan mitra internasional, yang memiliki komitmen tinggi untuk bersama-sama mewujudkan transisi menuju energi bersih di Indonesia.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).
“Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina,” tutup Fadjar.
(acd/acd)