Jakarta –
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono meluncurkan program penguatan Korporasi Petani di Gapoktan Pojok Kulon, Kesamben, Jombang, pada hari ini. Program ini merupakan best practice Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan kesejahteraan petani, ketahanan pangan, dan pengendalian inflasi melalui Korporasi Petani dengan Sistem Resi Gudang (SRG).
“Alhamdulillah hari ini cita-cita kita untuk mewujudkan kedaulatan pangan lewat Korporasi Petani makin dekat. Korporasi ini merupakan pilot-project pertama di Indonesia, dan merupakan best practice Jatim untuk mengendalikan inflasi. Dari Jombang untuk Jawa Timur, Jawa Timur untuk Indonesia, dan Indonesia untuk dunia,” ujar Adhy dalam keterangan tertulis, Selasa (14/5/2024).
“Ini menjadi best practice karena lembaga Korporasi Petani di Jombang berbentuk Koperasi Multi Pihak bukan Perseroan. Sehingga mayoritas kepemilikan Korporasi (50%) dimiliki oleh Petani, sisanya milik investor dan manajemen. Sehingga Petani akan memperoleh tambahan kesejahteraan saat pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU),” tambahnya.
Adhy menyebutkan terdapat Korporasi Petani di Jatim yang berbentuk Koperasi Multi Pihak. Mayoritas pemilik koperasi ini ialah petani yang tergabung dalam 10 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Selain itu, Adhy menyampaikan pihaknya memberikan dukungan pada Korporasi Petani, mulai dari akses pembiayaan hingga pemasaran produk. Salah satu produk tersebut yakni merek kolektif Jatim Cettar yang telah disiapkan oleh Pemprov Jatim untuk menguatkan branding dari beras asal Jawa Timur.
Kemudian, Adhy memaparkan program penguatan kelembagaan petani melalui Korporasi Petani merupakan salah satu langkah untuk menjalankan Proyek Prioritas Strategis 4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
“Pada High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) 20 Oktober 2023, secara resmi Korporasi Petani menjadi salah satu langkah strategis TPID Jatim guna memperkuat ketahanan pangan dan pengendalian inflasi,” ungkapnya.
Adapun terkait inflasi, Adhy menuturkan ketersediaan pasokan beras di Korporasi Petani dapat dimanfaatkan oleh TPID untuk menyeimbangkan surplus-defisit kebutuhan beras antar daerah. Korporasi petani juga dapat menjadi pemasok bagi Etalase Pengendalian Inflasi Konsumen (Epik).
Pasalnya, sebagai lumbung pangan nusantara, Jatim memenuhi kebutuhan pangan 20 provinsi lain di wilayah Indonesia Timur. Sehingga ekosistem pengendalian inflasi pangan sangat diperlukan.
“Maka dari itu Korporasi Petani perlu bekerjasama intraprovinsi dengan BUMD untuk memastikan ketersediaan pasokan di Jatim telah terpenuhi dengan harga terjangkau. Jika Beras Jatim Cettar bisa masuk ke pasar induk sampai retail modern, maka kestabilan harga bisa terjamin untuk mengendalikan inflasi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Adhy pun meninjau langsung stok serta pengolahan Beras Jatim Cettar di Gapoktan Pojok Kulon, Kesamben, dan Gudang 3A Perak, Jombang. Dijelaskannya, dalam proses ini korporasi akan membeli gabah petani dengan harga pasar secara tunai. Kemudian, avalis atau investor korporasi petani akan menggunakan Sistem Resi Gudang untuk mendapat pembiayaan dari PT Kliring Perdagangan Berjangka Indonesia (KPBI) yang tengah dalam proses bekerjasama dengan Bank Jatim.
Selanjutnya, gabah diolah menggunakan Rice Milling Unit (RMU) menjadi beras premium dan medium. Hasil pengolahan gabah ini nantinya akan dijual ke pasar melalui PT Jatim Grha Utama maupun pasar ritel dan pasar rakyat.
Adhy mencotohkan, tanam-petik-olah-kemas-jual beras dalam proses pengolahan beras Jatim Cettar ini secara mandiri dilakukan oleh Koperasi Multi Pihak Sarana Agro Lestari (Santri) sebagai pilot project di Kabupaten Jombang.
Skema ini menjadi suatu bentuk pemberdayaan bagi para petani. Hal ini dikarenakan proses produksi menjadi lebih efisien dan biaya produksi menjadi lebih murah.
“Hal ini dapat mendorong dan menjamin hilirisasi agro industri pangan. Ini adalah alternatif dalam meningkatkan daya tawar, daya saing petani sekaligus mengendalikan inflasi di jatim,” kata Adhy.
“Dengan kuatnya lembaga petani, maka biaya agroinput produksi menjadi lebih efisien karena pembelian bibit dan benih non subsidi lebih murah dengan skema collective buying,” tambah dirinya.
Usai Soft Launching, Adhy memberangkatkan 5,4 ton Beras Jatim Cettar secara perdana. Pemberangkatan ditandai dengan penyerahan sertifikat merek kolektif Jatim Cettar dari Perwakilan Kanwil Kemenkumham Jatim serta pemecahan kendi. Beras tersebut dikirim dari dari Korporasi Petani Santri ke PT Jatim Grha Utama (BUMD Jatim).
“Semoga beras kebanggaan Jatim ini bisa mewarnai ritel-ritel dan memasok kebutuhan pangan di Indonesia Timur. Semoga selain beras Jatim bisa juga merambah ke minyak, kakao, dan banyak sektor lainnya,” harapnya.
Sebagai penutup, Adhy memberikan apresiasinya kepada Tim Pelaksana Program Korporasi Petani, Korporasi Petani Santri, beserta Pj. Bupati Jombang Sugiat atas inisiasinya dalam mengoptimalkan Korporasi Petani. Dirinya berharap, langkah inovatif ini dapat terus meningkatkan kesejahteraan petani, ketahanan pangan, dan mampu mengendalikan inflasi daerah.
(akn/ega)