Selasa, Oktober 22


Jakarta

Prabowo Subianto menyampaikan pidato perdana setelah dilantik menjadi presiden RI pada Minggu (20/10/2024), salah satunya tentang sumber daya alam yang melimpah. Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia, Professor Azril Azhari, menyampaikan sejumlah saran agar SDA yang melimpah itu tidak sia-sia.

Berikut petikan pidato Presiden Prabowo:

“Tantangan rintangan hambatan dan ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia di tengah dinamika dan pergulatan dunia tidak ringan. Kita paham kita mengerti bahwa karunia yang diberikan yang maha kuasa kepada kita sungguh sangat besar dan beragam. Kita memiliki luas wilayah daratan dan lautan yang sangat besar, kekayaan alam yang sangat besar kita mengerti bahwa sumber alam ini terdiri dari sumber-sumber alam yang sangat penting untuk kehidupan manusia di abad ke 21 dan seterusnya.


Namun di tengah segala karunia tersebut di tengah kelebihan yang kita miliki yang memang membuat kita harus mengahadapi masa depan dengan optimis tetapi kita pun harus berani untuk melihat tantangan, rintangan, ancaman dan kesulitan yang ada di hadapan kita. Saya selalu mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk menjadi bangsa yang berani, bangsa yang tidak takut tantangan, bangsa yang tidak takut rintangan, bangsa yang tidak takut ancaman.”

Kelimpahan SDA itu sejatinya sudah tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 280 juta orang. Nah, Indonesia wajib menghitung membuat strategi agar kekayaan SDA itu bisa mencukupi.

Azril menilai kekayaan yang ada itu bisa dimaksimalkan karena Presiden Prabowo memahami betul potensi yang dimiliki Indonesia. Dia berharap, pemahaman itu juga dimiliki oleh jajaran kementerian pariwisata.

Merujuk kabinet di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, khususnya di sektor wisata, bukan sekali dua kali dia dimintai saran untuk pengembangan pariwisata Indonesia, namun masukan yang sudah diberikan tidak terwujud secara sempurna dalam pelaksanaan

Dia mencontohkan soal desa wisata. Usulan itu diwujudkan dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), yakni sebuah ajang penghargaan desa-desa yang mengembangkan pariwisata sesuai dengan kriteria tertentu, dengan penilaian dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Program itu berhasil membangkitkan ekonomi yang hancur dihantam pandemi yang mengakibatkan pariwisata mati kutu. Sayangnya, keberhasilan itu tidak berjalan beriringan dengan pemanfaatan potensi lain di desa wisata itu sehingga bisa menjadi daya tarik kombo bagi wisatawan dan potensi cuan berlipat ganda buat pengelola.

“Apa yang disampaikan Presiden Prabowo sangat bagus. Itu benar, tapi sekelilingnya tidak paham,” kata Azril kepada detikTravel, Senin (21/10).

“Desa Wisata itu hasil diskusi dengan saya, destinasi itu bukan sekedar tujuan tapi dikembangkan dari bawah, dari desa,” kata dia.

“Sayangnya, orang sekeliling Pak Sandiaga ini kurang mengerti dan tidak mau mengerti. Sama juga dengan yang sekarang (Prabowo-red),” kata Azril.

“Jadi, yang berjalan cuma ADWI, tidak digabungkan ke program lain, seperti wellness spa, dan justru dikembangkan oleh Thailand dan kita kalah dari Thailand, padahal kita mempunyai lebih banyak potensi di rempah,” dia menambahkan.

Selain menjadi wisata wellness, rempah juga memiliki potensi pariwisata sejarah. Rempah indonesia diburu bangsa-bangsa Eropa.

“Abad ke-15 kita pernah dijajah oleh Portugis dan Spanyol, mereka ngambil rempah kita untuk diperjualbelikan. Ini didengar oleh perusahaan Belanda yang bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC),” ujar dia.

VOC merupakan persekutuan dagang asal Belanda yang memonopoli aktivitas perdagangan di Asia. Mereka menginjakkan kaki di Indonesia pada tahun 1602.

Mengikuti jejak Timur Tengah yang mulai menggarap wisata Jalur Sutera, Indonesia harusnya mampu untuk melakukan wisata Jalur Rempah. Apalagi potensi penghasil rempah di timur Indonesia memang sudah diakui dunia.

“Pariwisata jalur rempah kita juga bagus untuk dikembangkan. Di ambon ada gudang cengkeh, gudang itu bisa jadi benteng. Kita kembali lagi saja, tanam lagi cengkeh, industrinya di kita,” kata dia.

“Rempah tumbuh semua di Maluku, apalagi rempah ini kaya akan antioksidan. Kaitannya bisa merujuk pada Health Tourism dan wisata kuliner,” dia menambahkan.

Wilayah timur Indonesia menjadi penghasil cengkeh dan lada terbesar, sementara kayu manis berasal dari Sumatera. Lewat pemetaan dan penggalian sumber daya dari masa ke masa, Indonesia seharusnya mampu untuk mengembangkan model pariwisata ini.

“Kalau ini dikembangkan, pariwisata kita akan berubah, sangat, sangat, sangat berubah,” kata dia.

Berkaitan dengan Health Tourism, Azril menerangkan kelemahan Indonesia dalam segi pangan.

“Masalah pangan dan energi itu bidang saya. Bahan pangan kita jangan hanya beras tapi juga sagu. Timur Indonesia sagu ada di Maluku, Papua, sebagian Sulses, sebagian Sumatera Riau dan sebagian di Mentawai,” ujar dia.

Dalam paparannya, Azril mengatakan bahwa 80% sagu dunia berasal dari Indonesia. Anehnya, negara yang berhasil membudidayakannya adalah Malaysia dan Thailand, dengan mengimpor sagu dari Kepulauan Riau.

“Sagu dinyatakan sebagai makanan untuk dunia, saya sudah melakukan penelitiannya sudah terbukti bisa dibuat jadi beras, mie, kukis sampai sate, rasanya mirip sekali dengan daging. Pemerintah kita bodoh namanya,” kata Azril.

Saat ini negara-negara Eropa sudah mulai meninggalkan tepung karena kandungan gluten yang tinggi, sementara sagu menjadi subtitusi yang memiliki potensi karena bebas gluten. Namun kenyataannya, Indonesia justru mengimpor tepung agar diolah dan diekspor kembali.

“Presiden Jokowi sudah bilang hilirisasi, ini sudah tepat. Tapi jangan cuma tambang, harusnya pariwisata dan pangan juga,” katanya.

Azril sudah 30 tahun terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selama itu pula, dia melakukan banyak penelitian soal pariwisata dan kaitannya dengan kesehatan, pangan dan energi terbarukan. Sebagai ahli mikroorganisme, penelitian terakhirnya membuat anti-oksidan dari tepung sagu yang dikembangkan menjadi probiotik, baik untuk penderita cancer, auto-imun dan diabetes.

“Pak Presiden Prabowo, Indonesia itu kaya betul. Banyak (orang-red) yang inovatif tapi belum ada yang inventions. Jangan meneruskan kebodohan pemerintah kita yang dulu,” kata dia.

(bnl/fem)

Membagikan
Exit mobile version