Minggu, September 8


Jakarta

PT Pertamina (Persero) mengungkapkan strategi mempertahankan kebutuhan energi nasional dalam forum internasional di sektor energi CERAWeek. Dalam forum yang diselenggarakan di Houston, Amerika Serikat ini, strategi pertumbuhan ganda dipaparkan oleh Pertamina.

Di hadapan CEO perusahaan energi, keuangan, teknologi dunia, perwakilan pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor energi pada Senin (18/3), Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan Pertamina memiliki mandat untuk menyediakan energi sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Oleh karena itu, Pertamina harus menerapkan strategi pertumbuhan ganda. Adapun strategi yang dimaksud ialah memperkuat dan memperluas pengelolaan bisnis minyak dan gas eksisting. Pada saat bersamaan, Pertamina juga mengembangkan bisnis berkarbon rendah sebagai penggerak pertumbuhan di masa depan.


Langkah pertama dalam strategi ini ialah berupaya mempertahankan kebutuhan energi saat ini melalui bisnis warisan dalam bidang minyak dan gas. Namun, tetap melakukan dekarbonisasi pada semua operasi internal, mulai dari hulu hingga hilir.

Kedua, Pertamina juga akan fokus pada pengembangan bisnis berkarbon rendah, termasuk Carbon Offset, Carbon Capture Storage /Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS), dan solusi berbasis alam (Natural Based Solution).

“Saat ini, sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara kedua strategi tersebut. Hingga tahun 2032, kami akan mengalokasikan sebagian besar anggaran kami pada sektor hulu untuk meningkatkan produksi minyak dan gas.Mengapa demikian? Karena kami harus mencapai kemandirian energi nasional untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah, produk bahan bakar, dan LPG. Selain itu, kami juga telah melakukan konversi dari kilang minyak menjadi Bio Refinery, dan mengintegrasikannya dengan pabrik Petrokimia,” papar Nicke dalam keterangan tertulis, Minggu (24/3/2024).

Nicke pun menguraikan alokasi belanja perusahaan untuk menjawab strategi pertumbuhan ganda tersebut. Menurutnya, sebanyak 62% alokasi belanja investasi Pertamina akan diarahkan di sektor hulu, 20% untuk investasi kilang, dan sekitar 15% untuk pengembangan New and Renewable Energy (NRE).

Seiring berjalannya waktu, ia mengatakan Pertamina akan meningkatkan alokasi belanja untuk pengembangan bisnis berkarbon rendah.

“Dari strategi pertumbuhan ganda ini, kami yakin bahwa transisi energi yang kami lakukan akan berlangsung tanpa ada yang perlu dikorbankan. Kami akan beralih menuju energi yang berkelanjutan tanpa mengorbankan keamanan dan ketersediaan energi,” imbuh Nicke.

Lebih lanjut, Nicke mengulas tantangan utama dalam transisi energi di Indonesia yang meliputi teknologi, pembiayaan, dan pengembangan SDM. Selain itu, perbaikan terhadap kualitas talenta SDM pun harus dilakukan agar siap dan relevan dengan kebutuhan energi masa depan. Ia menambahkan pentingnya teknologi dan di saat bersamaan Pertamina perlu mempertahankan produksi minyak dan gas serta mengurangi emisi karbon.

“Kami telah melakukan dekarbonisasi ruang lingkup 1 dan 2 dalam operasi, dan kami berhasil mengurangi sekitar 31% emisi karbon dalam operasi internal, tetapi kami masih percaya bahwa masih banyak ruang untuk ditingkatkan,” terangnya.

Nicke mengakui dekarbonisasi menjadi prioritas utama yang diikuti oleh pengembangan teknologi baru untuk memanfaatkan sumber daya domestik seperti bio energi. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi energi berbasis tumbuhan, sehingga diperlukan teknologi yang dapat mengolah sumber daya alam menjadi energi.

Selain itu, pemboran unconventional dan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon juga dinilai penting untuk mengatasi tantangan offset karbon.

“Kami percaya bahwa teknologi dan kolaborasi adalah kunci untuk kemajuan dalam hal ini,” pungkas Nicke.

Sebagai informasi, Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

(akn/ega)

Membagikan
Exit mobile version