Sabtu, Oktober 26


Jakarta

Kabar baik, negara Mesir telah disertifikasi oleh WHO sebagai negara bebas penyakit malaria. Bukan pekerjaan jangka pendek, 100 tahun Mesir berjibaku memberantas penyakit tersebut.

Melansir The Independent, Sabtu (26/10/2024) Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebereyesus, mengatakan penyakit malaria seumur dengan peradaban Mesir, ia menyebut penyakit yang menerpa Firaun itu sudah tidak akan ada di masa depan Mesir.

“Malaria setua peradaban Mesir itu sendiri, tetapi penyakit yang melanda Firaun itu kini hanya menjadi sejarah dan tak akan ada di masa depan,” ujarnya.


Malaria sendiri ditularkan oleh nyamuk Anopheles dan setelah ditelusuri sejak 4.000 SM di Mesir, dengan tiga juta kasus dilaporkan terjadi selama Perang Dunia II. Negara di Afrika Utara itu merupakan negara pertama yang menerima sertifikasi bebas malaria di kawasan Mediterania Timur sejak 2010.

Tedros menyampaikan negara bisa diberikan sertifikasi bebas malaria jika telah membuktikan bahwa rantai penularan penyakit itu sudah terputus sekurang-kurangnya selama 3 tahun.

“Negara harus membuktikan tanpa keraguan bahwa rantai penularan lokal semua parasite malaria pada manusia telah terputus di seluruh negeri, selama sekurang-kurangnya 3 tahun berturut-turut. Dan bahwa sistem pengawasan serta respon berfungsi penuh yang dapat mencegah kembali terjadinya penularan di dalam negeri telah tersedia,” jelas Tedros.

Secara total saat ini sudah ada 44 negara dan 1 wilayah di dunia yang telah tersertifikasi bebas penyakit malaria. Tedros mengungkapkan hubungan Mesir dan malaria memiliki sejarah yang panjang dan perjalanan yang panjang juga bagi pemerintah Mesir untuk menumpas penyakit kuno itu.

“Sertifikasi Mesir sebagai negara bebas malaria ini benar-benar bersejarah dan merupakan bukti komitmen rakyat serta Pemerintah Mesir untuk membebaskan diri dari bencana kuno ini,” kata Tedros.

“Saya mengucapkan selamat kepada Mesir atas pencapaian ini yang menjadi inspirasi bagi negara-negara lain di kawasan ini. Dan menunjukkan apa yang mungkin dilakukan dengan sumber daya juga alat yang tepat,” dia menambahkan.

Pencapaian itu diraih setelah 100 tahun usaha pemerintah Mesir dalam memerangi malaria. Pada tahun 1920-an, pemerintah melarang penanaman padi dan tanaman pangan di sekitar pemukiman untuk mengurangi kontak antara manusia dan nyamuk, mengingat sebagian besar penduduk Mesir tinggal di sepanjang tepi Sungai Nil.

Wabah kecil malaria di Provinsi Aswan pada tahun 2014 dapat ditangani dengan cepat melalui pengobatan yang efektif dan program edukasi kepada masyarakat.

Wakil Perdana Menteri Mesir, Khaled Abdel Ghaffar, menyampaikan dari capaian atas bebas dari malaria ini itu bukanlah sebuah akhir dari perjalanan, tetapi menjadi sebuah babak baru untuk bagaimana Mesir bisa menjaga langkah positif itu.

“Kita sekarang harus bekerja tanpa kenal lelah dan waspada untuk mempertahankan pencapaian kita dengan menjaga standar tertinggi untuk pengawasan, diagnosis, dan pengobatan. Serta pengelolaan vector terpadu dan mempertahankan respon kita yang efektif dan cepat terhadap kasus-kasus dari luar negeri,” kata Khaled.

Hal baik ini akan menenangkan bagi para turis-turis mancanegara yang akan berkunjung ke wilayah Mesir karena sudah terbebas dari penyakit malaria. Namun bukan menjadi menghilang standar-standar kesehatan yang tetap harus dijalankan, agar terhindar dari segala virus dan penyakit.

(upd/bnl)

Membagikan
Exit mobile version