Jumat, Oktober 4

Jakarta

Harga smartphone flagship belakangan terus naik dari sebelumnya dan belum ada tanda-tanda turun. Bahkan, fenomena itu tampaknya akan berlanjut hingga tahun 2025.

Seorang eksekutif Xiaomi bahkan memberikan peringatan bahwa ponsel akan semakin mahal. General Manager Redmi, Wang Teng Thomas, dalam sebuah postingan di Weibo, menyatakan bahwa biaya ‘upstream’ yang terkait dengan produksi smartphone terus membesar.

“Mana yang akan Anda pilih? Mengurangi fitur untuk membuat harga tetap terjangkau atau meningkatkan harga untuk fitur yang lebih canggih?” ujar Wang Teng Thomas dilansir dari Android Authority, Rabu (2/10/2024).


Pernyataannya tersebut merujuk pada smartphone flagship Xiaomi yang segera dirilis. Fakta menunjukkan, peningkatan harga bukan hanya terjadi pada Xiaomi.

Inflasi global yang melanda beberapa tahun terakhir, memaksa berbagai brand seperti Google dan Samsung juga menaikkan harga produk mereka. Selain itu, banyak produsen yang menambahkan RAM untuk mendukung fitur AI terbaru sehingga harga komponen melambung.

Salah satu alasan utama kenaikan harga ponsel di 2025 adalah prosesor Snapdragon 8 Gen 4, yang diperkirakan akan digunakan ponsel Android kelas atas. Qualcomm mengonfirmasi Snapdragon 8 Gen 4 akan lebih mahal dibandingkan Snapdragon 8 Gen 3. Bahkan, analis veteran Ming-Chi Kuo pada Juni lalu menyatakan harga chip ini diperkirakan akan naik sekitar 25 hingga 30%.

Tidak diragukan lagi, banyak ponsel Android generasi berikutnya akan menghadapi kenaikan harga atau penurunan fitur. Menurut Digital Chat Station yang sering menguak bocoran, beberapa ponsel yang menggunakan Snapdragon 8 Gen 4 mungkin akan mengalami penurunan kualitas kamera, termasuk pengurangan kualitas kamera utama dan penggantian kamera periskop dengan kamera telefoto biasa demi menjaga harga.

Kenaikan besar-besaran ini bukan pertama kali terjadi. Pada 2020, banyak ponsel flagship yang dirilis dengan harga lebih tinggi atau mengalami penurunan fitur, terutama karena tingginya harga chipset Snapdragon 865 dan modem 5G yang menyertainya. Jadi, tampaknya kita harus bersiap menghadapi skenario serupa di tahun 2025.

*Artikel ini ditulis oleh Dita Aliccia Armadani, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(fyk/fay)

Membagikan
Exit mobile version