Selasa, Maret 11

Jakarta

Elon Musk mengakui dirinya memakai ketamine. Orang-orang pun mulai mengaitkan perilaku aneh dan agresifnya belakangan ini dengann obat yang dia konsumsi.

Tahun lalu, Musk mengatakan kepada Don Lemon dari CNN bahwa ia memiliki resep ketamine dan menggunakan obat tersebut sekitar dua minggu sekali untuk membantu mengatasi gejala depresi. Ketika Lemon bertanya apakah ia pernah menyalahgunakan ketamine, Musk membantahnya.

“Saya rasa tidak. Jika Anda menggunakan terlalu banyak ketamine, Anda tidak dapat benar-benar melakukan pekerjaan Anda,” jawab bos SpaceX dan Tesla tersebut.


Ia menambahkan bahwa investor di perusahaannya seharusnya menginginkannya untuk terus mengonsumsi obat tersebut.

Tapi tidak semua orang percaya. The Wall Street Journal melaporkan bahwa Musk menggunakan ketamine untuk tujuan rekreasi. Kemudian, pada tahun 2023, Ronan Farrow menulis di The New Yorker bahwa rekan-rekan Musk khawatir dengan sang miliarder.

“(Obat tersebut) bersama dengan isolasi dan hubungannya yang semakin kontroversial dengan pers, dapat berkontribusi pada kecenderungannya untuk membuat pernyataan dan keputusan yang kacau dan impulsif,” begitu kata teman Musk.

Pada tahun 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS menyetujui semprotan hidung yang mengandung sejenis ketamine, yang disebut esketamine, yang dijual dengan merek dagang Spravato, untuk pasien depresi yang tidak merespons pengobatan lain. Tapi obat ini tidak dijual bebas atau tanpa resep dokter.

Di seluruh Amerika, klinik perawatan ketamine yang dipersonalisasi menawarkan suntikan dan pil untuk mengobati berbagai macam kondisi kesehatan mental, termasuk kecemasan dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Di luar sistem perawatan kesehatan, obat ini populer di kalangan elit teknologi di Silicon Valley dan ada di mana-mana di beberapa pusat kesehatan, termasuk pusat pengembangan kepemimpinan, pembangunan tim perusahaan, atau konseling pasangan. Demikian melansir Spot Media.

(ask/ask)

Membagikan
Exit mobile version