Jumat, Maret 14

Jakarta

Mars sejak lama diperkirakan bersinar merah karena mineral besi berkarat dalam debu yang menutupi planet itu. Namun sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Communications menunjukkan hal berbeda.

Studi ini, seperti dikutip dari The New York Post, Jumat (14/3/2025) mungkin telah mengungkap sumber sebenarnya di balik warna merah yang menyelimuti Mars.

“Pertanyaan mendasar mengapa Mars berwarna merah telah dipertimbangkan selama ratusan bahkan ribuan tahun,” kata penulis utama Adam Valantinas, seorang peneliti pascadoktoral di Brown University yang memulai penelitian ini sebagai mahasiswa PhD di Bern University, Swiss.


Karena letaknya yang sangat dekat dengan Bumi, Mars adalah salah satu planet di Tata Surya yang paling banyak diteliti. Namun kini, pemahaman tentang mengapa Mars berwarna merah telah berubah.

Penelitian ini menggabungkan data pesawat ruang angkasa dari Badan Antariksa Eropa ESA dan Badan Antariksa Amerika Serikat NASA dengan eksperimen laboratorium canggih.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa Mars si Planet Merah mendapatkan warnanya dari ferrihidrit, suatu bentuk oksida besi yang membutuhkan air untuk terbentuk, bukan hematit yang selama ini dianggap sebagai alasan di balik warna merahnya.

“Kami mencoba membuat replika debu Mars di laboratorium menggunakan berbagai jenis oksida besi. Kami menemukan bahwa ferrihidrit yang dicampur dengan basal, batuan vulkanik, paling cocok dengan mineral yang dilihat oleh wahana antariksa di Mars,” jelas Valantinas.

Dengan menciptakan ulang debu tersebut, para ilmuwan dapat membandingkan sifat debu sintetis dengan sampel dari Mars. Kesimpulannya menunjukkan bahwa Mars mungkin telah berkarat lebih awal dalam sejarah daripada yang diperkirakan sebelumnya, pada masa ketika air masih ada di permukaannya.

Karena ferrihidrit terbentuk dengan cepat di air dingin, keberadaannya akan terbentuk di daratan yang lebih basah. Keberadaan ferrihidrit menyiratkan bahwa, alih-alih daratan kering saat membayangkan Mars, planet itu mengalami periode dingin dan basah.

Penelitian terdahulu tidak mendeteksi adanya air dalam oksida besi di planet tersebut, sehingga peneliti percaya bahwa debu merah terbentuk dalam kondisi kering, sehingga kemungkinan besar disebabkan oleh hematit.

“Mars masih merupakan Planet Merah. Hanya saja pemahaman kita tentang mengapa Mars berwarna merah telah berubah,” tambah Valantinas.

Misi dan pengujian di masa mendatang dapat semakin memperkuat temuan dan memperdalam pemahaman kita tentang sejarah Mars. Sampel telah dikumpulkan oleh penjelajah Perseverance milik NASA dan ketika kembali ke Bumi, sampel tersebut akan diperiksa untuk melihat seberapa banyak ferrihidrit yang dikandungnya.

(rns/fay)

Membagikan
Exit mobile version